oleh Haydar Syarif Al-Husayni
Bagian Pertama
- Al-Juwaini Dalam Pandangan Hafidz Syamsudin Adz-Dzahabi
Hafidh Syamsyuddin Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul Huffaz mencatat tentang Al-Juwaini (penyusun kitab Faraidus Simthain) :
“Aku mendengar-hadis-dari Imam dan Muhadits, kebanggaan Islam; Shadrudin Ibrahim Bin Muhammad bin Al-Muayyid bin Hamawih Al-Khurasani Al-Juwaini, Syaikh
para Sufi: ia datang kepada kami untuk memperoleh hadits dan dia
meriwayatkan kepada kami dari dua perawi hadits-dari kalangan sahabat
Syaikh al-Muayyid al-Thusi. Dia sangat berhati-hati (ketat) dalam
mengumpulkan riwayat[1], ia seorang qari yang bagus, tampan, memiliki kewenangan, shalih dan
Raja dari Ghazan menerima (memeluk) Islam melaluinya (ra). Dia
meninggal pada tahun 722 H pada usia 78 tahun semoga Allah
merahmatinya.”[2]
Lebih lanjut Adz-Dzahabi mencatat :
“Ibrahim bin Muhammad bin
Al-Muayyid bin Abdullah bin Aali bin Muhammad bin Hamawiya Asy-Syaikh
Al-Qudwa, Shadrudin Abul Mijama’a, Al-Juwaini Al-Khurasani As-Sufi
Al-Muhadits. Dia lahir pada tahun 644. Dia mendengar (hadis) pada tahun
664 dari Utsman bin Muwafiq dan lainnya. Dia adalah ulama hadis, sangat
berhati-hati dan ketat tentang para perawi hadis nabi. Raja Tatar Ghazan
memeluk islam melaluinya, lewat wakilnya Nauruz. Dia mendengar (hadis)
bersama kami melalui Abi Hafsah bin al-Qawas dan kelompok (lainnya). Dan
terakhir ia melakukan haji pada tahun 720 H. Hafidh Shalahudin
menjelaskan dan mengatakan bahwa ia mendengar (hadis) darinya.[3] Selain
itu, lebih lanjut ia (Hafidz Shalahudin) mengatakan bahwa dia (Syaikh
Ibrahim Al-Juwaini) telah mengumpulkan hadis dalam seratus bab dan empat
puluh bab dengan setiap bagian babnya terdiri empat puluh berdasarkan
waktu itu. Kami telah menyatakan tentang kewafatannya di Khurasan di 722
H dan ia meninggal pada tanggal 5 Muharram” [4]
- Al-Juwaini Dalam Pandangan Ibn Hajar Asqalani
Syaikhul Islam Hafidz-ul-Ashr Syahabudin Ahmad bin Ali, dikenal dengan nama Ibn Hajar Asqalani mencatat dengan detail mengenai Syaikh Ibrahim Al-Juwaini (ra) dalam Al-Durar Al-Kaminah:[5]
“Ibrahim bin Muhammad al-Juwaini
bin Al-Muayyid bin Hamawaih Al-Juwaini Shadrudin Abu Al-Mijama’a ibn
Shadadin, seorang (bermazhab) syafi’i, sufi, lahir pada tahun 44 dan
mendengar (hadis) dari Ustman bin Al-Muwafiq sahabat dari Al-Muayyid
Al-Tusi dan ia meriwayatkan dari Ali bin Anjab, Abdul Shamad bin Abi
Al-Khair, Ibn Abi Dinya dan meriwayatkan banyak dari orang-orang Iraq,
Syam dan Hijaz. Ia mnegutip hadis untuk dirinya sendiri dan mendengar
(hadis) di Hilla, Tabriz, Amul, Tabristan, Syubak, Al-Quds, Karbala,
Qazwin, Mashad Ali dan Baghdad, dia banyak bepergian dan tertarik dalam
hal tersebut. Dia menulis dan memperoleh (hadis). Dia orang yang
beriman, berwibawa, tampan dan qari yang baik. Melaluinya Raja Ghazan
memeluk Islam. Dia datang ke Damaskus pada tahun 95 untuk medapatkan
hadis. Pada tahun 21, ia melakukan haji dan berkumpul dengan Al-Ala’i.
Al-Zahir Al-Kazruni mencatat dalam kitabnya pada tahun 71 Shadrudin Abu
Al-Mijama menikahi putri dari Al’a-ud-Din penyusun Al-Diwan dengan sidaq
lima ribu dinar emas. Disebutkan juga ia memiliki wewenang (untuk
meriwayatkan hadis) oleh penyusun Al-hawi Ash-Shagir, Al-Aiz
Al-Harani, Ibn Abi Umar, Abdullah bin Dawud bin Al-Fakhir, Badarudin
Muhammad bin Abdul Razaq bin Abi Bakr bin Haydar, ImamuDin Yahya bin
Husain bin Abdul Karim, Badarudin Iskandar Bin Saad Al-Thawusi dan
mereka mengizinkannya dari Qazwin dan ia juga diizinkan oleh Afifa
Al-Farqanya. Melaluinya Raja Ghazan memeluk Islam dan ia wafat pada
tahun 722 H di Iraq.”
- Al-Juwaini Dalam Pandangan Umar Ridha Kahalah
ابراهيم الجويني ( 644 – 722 ه ) ( 1246 –
1322 م ) ابراهيم بن محمد بن ابي بكر بن محمد حمويه الجويني ، الشافعي (
أبو اسحاق ) من محدثي خراسان . مات في خامس المحرم . له من المصنفات :
فرائد السمطين في فضائل المرتضى والبتول والسبطين .
Ibrahim al-Juwaini (644-722
H) (1246-1322M) Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakar bin Muhammad
Hamawaih, Asy-Syafi’i (Abu Ishaq) termasuk diantara muhaditsin dari
Khurasan. Wafat pada 5 muharam. Diantara kitabnya : Faraidus Simthain fi
Fadhail al-Murtadha wa al-Batul wa Sibthain” (Mu’ajam al-Mua’alifin,
j.1 )
Download معجم المؤلفين: http://www.almeshkat.net/books/archive/books/mugm%20almualfen.zip
.
.
Dr. Radhi bin Haj Ustman ketika meneliti hadis-hadis dalam Kitab “Ma’rifatush-Shahabah”
oleh Abu Nu’aim al-Isfahani, j.7 halaman 302 no. 399, pada halaman 307,
no. 344 dan dihalaman lainnya (cet. Saudi Arabia 1408/1988, edisi
pertama, Maktabah ad-Dar dan Harmain, madinah dan Riyadh secara
berurutan) mencocokkan hadis dari “Faraidus-Simthain” dan
menjadikan referensi dan catatan kaki. Ini berarti mereka mempercayai
(meyakini) keshahihan rantai perawi dalam kitab tersebut. Lebih dari
itu, Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Hanafi (yang merupakan Qadhi Turki
pada masa Kesultanan Otoman) dalam Kitabnya “Yanabiul Mawaddah” banyak mengutip riwayat dari “Faraidus-Simthain” karya Al-Juwaini.
Bagian Kedua
Hadis Rasulullah (saww) mengenai orang yang menyakiti Sayyidah Fathimah (as)
Shadrudin Ibrahim Bin Muhammad
Al-Juwaini Asy-Syafi’i (ra) mencatat sebuah hadis Rasulullah (saww) yang
agak panjang mengenai Sayyidah Fathimah (as) dalam Faraidus Simthain J.2, h.35, No. 371, disini akan dikutip sebagian :
وأمّا ابنتي فاطمة فإنّها سيّدة
نساء العالمين من الأوّلين والآخرين ، وهي بضعة منّي وهي نور عيني وهي ثمرة
فؤادي ، وهي روحي التي بين جنبيّ ، وهي الحوراء الإنسيّة
يقول رسول الله [ صلّى الله عليه
وآله وسلّم ] عند ذلك : اللّهمّ العن مَن ظلمها ، وعاقِب مَن غصبها ، وذلّ
مَن أذلّها ، وخلّد في نارك مَن ضرب جنبها حتّى ألقت ولدها ، فتقول
الملائكة عند ذلك آمين ..
“Adapun Putriku Fathimah
maka sesungguhnya ia adalah penghulu wanita seluruh alam dari yang awal
sampai akhir, ia adalah penggalan dariku dan ia cahaya mataku, dan ia
buah hatiku dan ia jiwaku yang ada di antara ronggaku dan ia adalah
hauraa’ul-Insiyyah…
Berkata Rasulullah (saww): Ya
Allah la’natlah (kutuklah) orang yang mendholiminya, siksalah orang
yang merampas (hak) nya, hinakan orang yang menghinakannya dan kekalkan
dalam api neraka orang yang memukul pinggangnya hingga (meyebabkan)
gugur janinnya..maka para malaikat berkata Amin..”
[1] Misalnya dalam hal perawi hadis.
[2] Tadzkiratul Huffaz
oleh Hafidz Abi Abdullah Muhammad Syamsuddin Adz-Dzahabi Asy-Syafi’i
Al-Dimasyq (672-748 H.), j.4, h.204 (edisi lama j.4, h.1506) bab.
Syuyukh Shahib at-Tadzkira, No.24], Cet. Dar Ehia Al-Thurath Al-Arabi,
Libanon, Beirut, Edisi Pertama, 1424/2003.
[3] Hafidh Shalahudin mendengar hadis dari Syaikh Ibrahim Al-Juwaini.
[4] Mu’ajam asy-Syayukh al-Dzahabi,
oleh Hafidh Abi Abdullah Muhammad Syamsuddin Adz-Dzahabi Asy-Syafi’i
Al-Dimasyq (672-748 H.), h.125, No.156, Cet. Dar al-Kitab al-Ilmiyya,
Edisi Pertama, 1410/1990, Beirut, Libanon
[5] Ibn Hajar Asqalani (852 H), Al-Durar Al-Kaminah, j.1 h. 67, No.181 (bab. Al-Hamzah ‘Harf al-Alif Dzikr Man Ismuhu Ibrahim), Cet. Dar Ehia Al-Thurath Al-Arabi, Beirut, Libanon.
Related posts:
0 komentar:
Posting Komentar