Dalam
keseharian, kita temukan diri kita dikelilingi ribuan aneka rasa dan
aroma yang menambah keindahan yang tak terkira dalam hidup kita.
Bayangkanlah keharuman semerbak bunga, bau segar tanah yang terbasahi
air hujan, bau wangi orang-orang yang kita cintai, serta rasa khas
setiap makanan yang kita nikmati. Kini marilah kita berpikir untuk
sesaat, akan seperti apa jika semua rasa dan bau tersebut sirna, atau
tak pernah ada. Bahkan membayangkan ketiadaan semua itu untuk sesaat
saja sudah cukup membuat kita mengakui betapa berharganya nikmat rasa
dan bau tersebut bagi kita. Yang menyediakan segala kenikmatan ini
adalah Allah, Pencipta semua makhluk hidup. Sebuah ayat dalam Al Qur’an
menyatakan: Dan
jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. An Nahl, 16: 18)
Meskipun
rasa dan bau terdapat dalam ragam dan jumlah yang berlimpah, kita mampu
membedakannya dengan mudah satu sama lain. Ini hanya mungkin jika Allah
mencipta seluruh aneka kenikmatan ini beserta perangkat yang
memungkinkan kita mengenali perbedaannya masing-masing. Perangkat
pengindera rasa dan bau ini bekerja dengan sempurna sepanjang hidup
kita.
Antara Hidung dan Hidung-Hidungan
Bukti
kesempurnaan Allah dalam mencipta dua perangkat pengindera ini dapat
ditemukan pada sejumlah alat elektronik buatan manusia yang meniru cara
kerja keduanya. Banyak peralatan listrik telah dibuat di masa kini
sebagai tindakan pencegahan terhadap bahaya semisal kebakaran atau
kebocoran gas. Mekanisme penciuman pada hidung manusia digunakan sebagai
contoh rancangan peralatan ini.
Detektor
kebakaran adalah salah satunya. Saat mengetahui keberadaan asap di
udara, detektor ini mengeluarkan bunyi peringatan. Perangkat penerima
khusus dari detektor ini menyerupai sel penerima bau pada hidung kita,
tapi dengan satu perbedaan: Sistem penerima bau makhluk hidup jauh lebih
kompleks dibandingkan sistem mekanis pada detektor kebakaran.
Orang
juga telah membuat ‘hidung elektronik’ dengan mencontoh sistem
penciuman manusia. Dengan mengembangkannya berdasarkan rancangan hebat
hidung mereka sendiri, mereka menyebut alat ini ‘hidung elekronik’.
Hidung elektronik dipakai di sejumlah kegiatan ekonomi termasuk industri
makanan dan parfum, serta obat dan bahan kimia. Meski merupakan
kemajuan berteknologi tinggi, para ilmuwan dengan cepat menyatakan bahwa
peralatan sepintar itu bukanlah setara apalagi tandingan bagi hidung
pemberian Allah.
Lidah Kuno yang Berlubang
Struktur
mengagumkan indera pengecap pun telah mengilhami banyak ilmuwan.
Perangkat yang meniru fungsi lidah manusia telah dikembangkan, seperti
lidah elektronik misalnya. Temuan ini membantu kita membedakan antara
makanan segar dan lama, serta menemukan kebusukan pada makanan akibat
pertumbuhan bakteri. Pada lidah buatan ini, sirkuit elektroniknya
mempunyai 100 lubang teramat kecil, masing-masing dirancang menyerupai
bintil pengecap pada lidah manusia. Tapi, dibandingkan dengan lidah
manusia, lidah buatan ini merupakan alat pengecap yang sangat kuno.
Lidah kita jauh lebih baik dibanding lidah elektronik, dan ini hanyalah
menunjukkan betapa besar nikmat indera pengecap ini.
Perangkat
penciuman dan pengecap pada manusia adalah bukti lain akan kesempurnaan
Allah yang tiada banding dalam mencipta. Dialah yang mempunyai kasih
sayang tak terhingga atas hamba-Nya. Ini adalah satu dari sekian banyak
nikmat-Nya atas seluruh makhluk hidup. Kita akan mampu memahami nikmat
ini dengan mengkaji seluk beluknya secara mendalam, lebih dari sekedar
mencium bau dan menggoyang lidah. (hy)
TIDAK HANYA MENCIUM BAU
Apa
yang kita sebut ‘bau’ sebenarnya adalah butiran-butiran kecil zat kimia
bernama molekul yang menguap dari benda-benda. Misalnya, apa yang kita
cerna sebagai aroma kopi bubuk segar sebenarnya adalah molekul dari kopi
itu sendiri yang menguap dan tersebar di udara. Jadi, kuatnya bau
sebanding dengan kuatnya tingkat penguapan molekul tersebut. Roti yang
baru saja dikeluarkan dari kotak pemanggang (oven) mengeluarkan aroma
lebih kuat daripada yang telah lama berada di luar. Ini karena
molekul-molekul roti beterbangan sangat bebas di udara akibat panas
pemanggangan. Molekul-molekul ini dapat meliputi wilayah yang sangat
luas ketika teruapkan.
Banyak
molekul mempunyai bau, tetapi air bersih tidak berbau. Sifat air yang
tak berbau ini merupakan nikmat besar bagi kita, karena ini mencegah
timbulnya banyak masalah. Misalnya, sekuntum mawar yang tak terbasahi
air dengan mawar yang basah, beraroma persis sama.
Yang
membedakan satu bau dengan yang lainnya adalah perbedaan susunan
molekulnya. Perbedaan ini teramat tipis sehingga perubahan satu atom
karbon saja pada sebuah molekul aroma dapat mengubah aroma sedap menjadi
busuk. Aroma aneka makanan adalah hasil dari susunan khas pada ikatan
antar-atom yang membentuk molekul aroma. Setiap molekul dirancang untuk
tugas tertentu. Ini mengisyaratkan bahwa rancangan hebat ini pastilah
diciptakan oleh Allah.
Mengenali 10.000 jenis bau
Setiap
kali kita bernapas, udara yang tersusun atas campuran triliunan molekul
gas mengalir ke dalam hidung kita. Di dalam campuran udara ini,
terkandung pula molekul-molekul bau yang teramat kecil. Sebagian udara
yang memasuki hidung kita dialirkan menuju sel-sel syaraf penerima bau
oleh tulang hidung. Dengan cara inilah molekul-molekul bau mencapai
sel-sel syaraf penerima bau pada bagian atas hidung. Sel-sel syaraf
penerima di bagian ini lalu mengirimkan pesan yang mereka terima dari
molekul bau ke otak. Pusat penciuman di otak selanjutnya mengumpulkan
pesan-pesan dari beragam sel syaraf penerima dan memeriksa serta
menafsirkannya secepat kilat. Inilah yang kemudian memunculkan apa yang
kita rasakan sebagai “bau.” Singkatnya, hidung bekerja bagaikan
laboratorium analisa kimia. Hidung teramat peka sehingga mampu mengenali
hingga 10.000 bau yang berbeda. Yang sungguh menarik adalah kecepatan
menakjubkan dari semua proses ini. Antara saat molekul kopi memasuki
hidung kita hingga kita mengenali baunya hanya memerlukan waktu kurang
dari sedetik.
Jelas
bahwa sistem sempurna ini tak mungkin dihasilkan oleh serangkaian
peristiwa alamiah biasa tanpa penciptaan sengaja, sebagaimana pernyataan
kaum evolusionis. Sebagaimana seluruh sistem lain dalam tubuh manusia,
indera penciuman juga merupakan rancangan yang teramat kompleks. Inilah
kehebatan Allah dalam mencipta.
Mengoleksi aneka jenis bau
Ketika
pertama kali kita memasuki rumah makan, kita akan segera mengenali
aroma aneka hidangan dari piring-piring di sekitar kita maupun dari
ruang masak. Namun setelah sesaat saja, kita secara sadar berhenti
merasakan atau mencium aroma-aroma ini. Ini terjadi berkat mekanisme
yang disebut adaptasi. Dengan sistem ini, bau yang kita cium sepanjang
waktu tidak mengusik atau mengganggu kita. Sebaliknya, kita dapat
mengenali bau berbeda yang lain dengan lebih mudah.
“Pengingatan
bau” adalah sisi ajaib lain dari proses penciuman. Setiap bau yang
pernah kita kenali disimpan dalam arsip di dalam otak kita menggunakan
perangkat penyandian khusus. Jadi, kapan pun kita mencium bau lain, otak
kita memeriksa dan membandingkannya dengan yang tersimpan di dalam
arsip. Jika bau tersebut baru bagi kita dan tidak terdapat dalam
ingatan, maka kita mencoba mengenalinya dengan membandingkan dengan bau
lain yang lebih kita kenal. Menariknya, informasi penciuman jauh lebih
tahan lama di dalam otak kita daripada informasi penglihatan atau
pendengaran. Mencium sekilas aroma tertentu seringkali membangkitkan
berbagai ingatan yang saling terkait.
Hanya 5% saja untuk mencium
Ketika
mendengar kata “hidung”, secara alamiah kita akan berpikir tentang
indera penciuman. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya hanya
5% dari hidung kita yang digunakan untuk mencium bau. Sisanya 95%
melakukan dua tugas penting dari sistem pernapasan. Tugas pertama adalah
menghangatkan dan melembabkan udara yang kita hirup setiap detik.
Lapisan lendir yang menutupi bagian dalam hidung melembabkan udara
dengan melepaskan uap air. Pembuluh kapiler yang terletak persis di
bawah lapisan lendir ini membantu menghangatkan udara yang melalui
saluran ini. Dengan cara ini, udara menjadi sesuai untuk paru-paru kita
yang peka. Perangkat ini bekerja bagaikan alat pengatur udara sangat
canggih yang mengatur suhu dan kelembaban udara.
Tugas
kedua dari hidung adalah menjadi “penjaga gerbang” menghadapi kuman dan
butiran debu yang terbawa oleh udara yang kita hirup. Butiran yang bisa
membahayakan ini terperangkap oleh lapisan lendir dan kemudian oleh
silia, organ yang mirip rambut. Lalu lendir yang dipenuhi bahan-bahan
berbahaya ini didorong oleh silia ke arah tenggorokan. Kemudian, lendir
ini dikeluarkan dari tubuh melalui batuk, atau, jika tidak, akan
tertelan dan dihancurkan oleh asam di dalam lambung. Lapisan lendir,
sel-sel penghasil lendir, dan silia bekerja layaknya sebuah pusat
pembersihan kimiawi yang dibangun di dalam hidung kita.
Sampai
di sini, Anda dapat memahami dengan jelas bahwa sistem di dalam hidung
kita ini merupakan contoh rancang-bangun tanpa banding yang juga menjadi
bukti lain ciptaan Allah yang sempurna
0 komentar:
Posting Komentar