Imam Muhammad Al-Jawad a.s.
a. Biografi Singkat Imam Muhammad Al-Jawad a.s.
Berkenaan dengan tanggal kelahiran Imam Jawad a.s.
terdapat perbedaan pendapat yang tajam di antara para ahli sejarah.
Menurut pendapat yang masyhur, ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 10
Rajab 195 H. Julukannya adalah Abu Ja’far, ayahnya adalah Imam Ali Ridha
a.s. dan ibunya adalah Subaikah yang dikenal dengan julukan Khizran.
Imam Jawad a.s. hidup sezaman dengan Ma`mun dan Mu`tashim Al-Abasi.
Mu’tashim berhasil meracun Imam Jawad melalui perantara istrinya
sendiri, Ummul Fadhl yang juga putri Ma`mun. Peristiwa itu terjadi
ketika Imam a.s. berusia 25 tahun.
Ma`mun yang ketika itu berusaha untuk memadamkan
pemberontakan-pemberontakan yang muncul atas nama Syi’ah, ia bersikeras
untuk mendekatkan Imam Jawad a.s. ke keluarga istana. Tujuan utamanya
adalah ia ingin mengasingkan Imam a.s. dari kekuatan masyarakat
pendukungnya. Akan tetapi, ia harus menjalankan niatnya tersebut dengan
cara supaya para pendukung Imam a.s. tidak murka. Dengan demikian,
Ma`mun ingin mengawinkan putrinya, Ummul Fadhl dengannya sebagai taktik
lama politiknya yang selama ini sudah beberapa kali diuji keampuhannya.
Dengan taktik ini, Ma`mun –secara lahiriah– di samping mendapat
rekomendasi dari Imam Jawad a.s. atas segala perilaku yang pernah
dilakukannya, ia juga dapat menyeret Imam a.s. untuk hidup di dalam
istana yang penuh dengan segala kemewahan.
Akan tetapi, Imam Jawad a.s. bersikeras untuk pulang
ke Madinah supaya segala rencana yang telah diatur oleh Ma`mun tersebut
berantakan dan keabsahan pemerintahannya dipertanyakan.
Imam Jawad a.s. meneruskan program ayahnya dalam berdakwah dengan
menyadarkan masyarakat secara ideologi. Ia mengundang fuqaha` dari
berbagai penjuru negeri Islam untuk berdiskusi dengan tujuan supaya
mereka dapat mengambil pelajaran dari petunjuk-petunjuknya.
Syeikh Mufid berkata: “Ma`mun sangat menyukai Imam
Jawad a.s. Karena ia –dengan usia yang begitu muda– sudah berhasil
menjadi orang, baik dalam bidang keilmuan maupun dalam etika. Dalam
bidang hikmah dan kesempurnaan akal, ia telah berhasil sampai kepada
suatu tingkat yang para ulama kaliber pada masanya tidak mampu
menyamainya”.
Belianya usia Imam Jawad a.s. adalah sebuah mukjizat
yang (dengan keluasan pengetahuan yang dimilikinya) sangat mempengaruhi
para penguasa saat itu. Ketika ayahnya syahid, ia hanya berusia kurang
dari 8 tahun. Pada usia itu juga, ia harus memegang tampuk keimamahan.
Imam Jawad a.s. selalu mengadakan hubungan erat dengan kekuatan
masyarakat yang siap mendukungnya. Mu’tashim merasa khawatir dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Imam a.s. Oleh karena itu, ia
memerintahkannya untuk kembali ke Baghdad. Begitu Imam Jawad a.s.
memasuki kota Baghdad, Mu’tashim dan Ja’far, putra Ma`mun selalu membuat
rencana untuk membunuhnya. Akhirnya pada akhir bulan Dzul Qa’dah 220 H.
mereka berhasil melaksanakan niatnya tersebut.
Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pembaca budiman
hadis-hadis pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Jawad a.s. selama ia
hidup.
“Seorang mukmin perlu kepada taufik dari Allah, penasihat dari dalam dirinya dan menerima nasihat orang yang menasihatinya”.
2.Kokohkan terlebih dahulu kemudian tampakkan!
“Mengeksposkan sesuatu sebelum diperkokoh tidak lain adalah kerusakan belaka”.
3.Terputusnya nikmat akibat tidak bersyukur
“Tambahan nikmat dari Allah tidak terputus selama rasa bersyukur seorang hamba tidak terhenti”.
4.Mengakhirkan taubat
“Mengakhirkan taubat adalah semacam menipu diri
sendiri, selalu berjanji yang tidak pernah ditepati adalah semacam
kebingungan (batin), mencari-cari alasan di hadapan Allah adalah
kehancuran dan melakukan maksiat secara kontinyu adalah merasa aman dari
makar-Nya. “Maka tidak akan merasa aman dari makar Allah kecuali kaum
yang fasik”.
5.Surat Imam Jawad a.s. kepada salah seorang sahabatnya
“Kami semua di dunia ini berada di bawah pimpinan
orang lain. Akan tetapi, barang siapa yang sesuai dengan kehendak
imamnya dan mengikuti agamanya, maka ia akan selalu bersamanya di mana
pun ia berada. Dan akhirat adalah dunia keabadian”.
6.Tanggung jawab mendengarkan
“Barang siapa yang mendengarkan kepada seorang
pembicara (dan seraya mengikuti semua ucapannya) sesungguhnya ia telah
menyembahnya. Jika pembicara tersebut berasal dari Allah, maka ia telah
menyembah Allah, dan jika pembicara tersebut berbicara atas nama Iblis,
maka ia telah menyembah Iblis tersebut”.
7.Merelai sama dengan menerima
“Barang siapa yang menyaksikan sebuah perkara
kemudian ia mengingkarinya, maka ia seperti orang yang tidak pernah
melihatnya. Dan barang siapa tidak menyaksikan sebuah peristiwa lalu
merelainya, maka ia seperti orang yang menyaksikannya”.
8.Wasiat Imam Jawad a.s.
“Jiwa dan seluruh harta kita adalah anugerah Allah
yang sangat berharga dan pinjaman dari-Nya yang telah dititipkan (kepada
kita). Segala yang dianugerahkan kepada kita adalah pembawa kebahagiaan
dan kesenangan, dan segala yang diambilnya (dari kita), pahalanya akan
tersimpan. Barang siapa yang kemarahannya mengalahkan kesabarannya, maka
pahalanya telah sirna. Dan kami berlindung kepada Allah dari hal itu”.
9.Bersahabat dengan sahabat Allah
“Allah pernah mewahyukan kepada sebagian para nabi
a.s.bahwa sikap zuhudmu terhadap dunia akan membahagiakanmu dan
penghambaanmu terhadap diri-Ku karena Aku akan memuliakanmu. Akan
tetapi, apakah engkau telah memusuhi musuh-Ku dan bersahabat dengan
sahabat-Ku?’”.
10.Sebuah nasihat
“Bertemanlah dengan kesabaran, peluklah kefakiran,
tolaklah nafsu dan tentanglah segala keinginanmu. Dan ketahuilah bahwa
engkau tidak akan lepas dari pandangan Allah. Oleh karena itu,
periksalah keadaan dirimu”.
11.Ulama yang terasingkan
“Ulama akan terasingkan karena banyaknya orang-orang bodoh (yang tidak mau memahami nilai mereka)”.
12.Sumber ilmu Imam Ali a.s.
“Rasulullah SAWW mengajarkan seribu kalimat kepada Ali a.s. Dari setiap kalimat bercabang seribu kalimat (yang lain)”.
13.Pesan Rasulullah SAWW kepada Fathimah a.s.
“Sesungguhnya Rasulullah SAWW pernah berpesan kepada
Fathimah a.s. seraya bersabda: “Jika aku meninggal dunia, janganlah
engkau mencakar-cakar wajahmu, janganlah engkau uraikan rambutmu,
janganlah berkata ‘celakalah aku’ dan janganlah mengumpulkan para wanita
untuk menjerit-jerit menangisiku. Ini adalah kebajikan (ma’ruf) yang
Allah firmankan dalam ayat-Nya: “Dan mereka tidak menentangmu dalam
kebajikan”. (Al-Mumtahanah : 12)
14.Imam Mahdi a.s.
“Al-qa`im dari keluarga kami adalah Mahdi yang wajib
untuk ditunggu ketika ia menjalani ghaibah dan ditaati ketika ia
muncul. Ia adalah anakku yang ketiga (Imam Mahdi bin Imam Hasan
Al-Askari bin Imam Ali Al-Hadi dan a.s.–pen.)”.
15.Bertemu sahabat
“Bertemu dengan para sahabat dapat memperluas dan mematangkan akal meskipun hal itu berlangsung sebentar”.
16.Hawa Nafsu
“Barang siapa yang menaati hawa nafsunya, maka ia telah memberikan harapan kepada musuhnya”.
17.Penyembah hawa nafsu
“Penyembah hawa nafsu tidak akan aman dari ketergelinciran”.
18.Orang-orang yang berpegang teguh kepada Allah
“Bagaimana mungkin binasa orang yang Allah adalah
penanggungnya, dan bagaimana mungkin dapat menyelamatkan diri (baca :
lari dari keadilan Ilahi) orang yang Allah adalah pencarinya. Barang
siapa yang bertawakal kepada selain Allah, maka Ia akan menyerahkannya
kepada orang tersebut”.
19.Mengenal awal dan akhir kehidupan
“Barang siapa yang tidak mengetahui jalan masuk, maka ia tidak akan dapat menemukan tempat keluar”.
20.Hasil usaha
“Berusahalah sekuat tenaga hingga kau mencapai tujuan. Jika tidak, engkau akan hidup dalam kesusahan”.
21.Mensyukuri nikmat
“Nikmat yang tidak disyukuri bagaikan dosa yang tidak akan diampuni”.
22.Toleransi terhadap masyarakat
“Orang yang enggan bertoleransi dengan masyarakat, kesedihan akan selalu menghantuinya”.
23. Akibat tidak memiliki pengetahuan
“Orang yang mengerjakan sesuatu tanpa didasari oleh
pengetahuan, kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak dari pada
perbaikan yang diinginkannya”.
24.Qadha` yang pasti
“Jika qadha` yang pasti tiba, maka kehidupan menjadi sempit”.
25.Masa akan bercerita segalanya
“Masa akan menyingkap rahasia-rahasia yang (selama ini) tersembunyi darimu”.
26.Mawas diri
“Mawas diri bergantung kepada kadar rasa takut (yang dimiliki oleh seseorang)”.
27.Janganlah menjadi demikian!
“Jangan engkau (berpura-pura) menjadi wali Allah di hadapan khalayak dan menjadi musuhnya di belakang mereka”.
28.Empat faktor penggerak
“Empat hal dapat membantu seseorang untuk beraktivitas: kesehatan, kekayaan, ilmu dan taufik”.
29.Sama seperti orang zalim
“Orang yang melihat kezaliman (sedang berlangsung),
orang yang menolongnya dan orang yang merestuinya adalah sama (dengan
orang yang melaksanakan kezaliman tersebut”.
30.Dosa-dosa penyebab kematian
“Kematian manusia yang disebabkan oleh dosa lebih
banyak dibandingkan dengan kematiannya karena ajal, dan ia hidup karena
kebajikan yang dilakukannya lebih banyak dibandingkan dengan hidupnya
karena umur panjang”.
31.Faktor-faktor penarik kasih sayang
“Tiga hal dapat menimbulkan kasih sayang: memahami
orang lain, saling menolong ketika masa kesulitan dan menjalani
kehidupan dengan hati yang bersih”.
32.Percaya kepada Allah adalah tangga kesempurnaan
“Percaya kepada Allah adalah harga untuk harta yang mahal dan tangga menuju kesempurnaan”.
33.Cepat menuju Allah
“Menuju Allah dengan hati lebih jitu dan tepat dari pada menuju kepada-Nya dengan perantara amalan”.
34.Menghindari orang jahat
“Janganlah bersahabat dengan orang jahat, karena ia
bagaikan pedang yang telah dikeluarkan dari sarungnya; enak dipandang,
buruk akibatnya”.
35.Faktor-faktor ridha Allah dan manusia
“Tiga hal dapat mengantarkan manusia kepada ridha
Allah: banyaknya istighfar, keramah-tamahan dan banyak bersedekah. Tiga
hal jika dimiliki oleh seseorang, ia tidak akan menyesal: tidak
terburu-buru, bermusyawarah dan bertawakal kepada Allah ketika ia sudah
mengambil keputusan”.
oleh Mahdi Alhusaini
0 komentar:
Posting Komentar