Ketika di sebutkan riwayat shahih tentang matinya Muawiyah di luar
agama islam, para Wahabi Nashibi membela Muawiyah dengan mengatakan
bahwa Imam Hasan (as) telah melakukan perjanjian damai dengan Muawiyah,
apakah berarti Imam Hasan (as) salah dalam melakukan hal tersebut?
Bahkan lucunya mereka mengolok-olok syiah karena menganggap syiah
bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Imam Hasan (as). Yang sering
muncul dari ucapan mereka (para nashibi) : “Mana mungkin Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai dengan Muawiyah jika Muawiyah kafir, salah, musuh ahlul bait, dll?”
Untuk para Wahabi Nashibi, kenapa kalian heran dengan hal
tersebut..? bukankah Rasulullah (saww) telah melakukan perjanjian
dengan orang kafir dalam perjanjian Hudaibiyah..?
Mengapa Rasulullah (saww) berdamai dengan kafir Mekah di Hudaibyah?
Padahal orang-orang kafir Mekah dikenal dengan karakter mereka buruk
dan sifat jahat mereka, namun Nabi (saww) membuat perjanjian damai
dengan mereka. Beliau (saww) membuat perjanjian yang mengikat dengan
orang kafir, salah satu yang bahkan berarti (dengan syarat) bahwa
mereka tidak akan melakukan haji, dan setiap orang kafir harus
dikembalikan ke anggota suku mereka. Bahkan pada perjanjian tertulis
tersebut Nabi (saww) menerima syarat dihilangkan kata “Rasulullah” dan hanya menyebut nama beliau (saww). Dan anehnya masih ada juga sahabat yang meragukan keputusan Rasulullah (saww)..!
.
Perjanjian Imam Hasan (as) Dengan Muawiyah
Dalam Al Bidayah wa Al Nihayah (8 /80) “Dzikr 57 H”, tercatat :
“Ketika Muawiyah berdamai dengan Hasan, ia (muawiyah)
membuat janji bahwa kepemimpinan akan pindah kepada Hasan setelahnya
(setelah Muawiyah)”
Dalam Tarikh ibn Asakir (13/ 280 ) tercatat bahwa SETELAH Imam Hasan (as) melakukan perjanjian dengan Muawiyah, Malik bin Dhumrah berkata kepada Hasan : “Kau telah menghitamkan wajah orang-orang mukmin”
Hasan menjawab : “Wahai Malik, jangan katakan itu, aku khawatir umat muslim di basmi dari muka bumi. Keinginanku adalah bahwa beberapa orang akan tetap di bumi yang akan menyebutkan Islam kepada orang-orang”
Imam kami melakukannya untuk menyelamatkan kehidupan umat muslim
sebagaimana cara yang sama dilakukan oleh Nabi (saww) yang berdamai
dengan kafir Mekah untuk menghindari pertumpahan darah Muslim, dan
semua itu jelas bahwa Imam Hasan (as) melakukan hal yang sama ketika ia
melakukan perjanjian dengan Muawiyah..! Dan kami tidak akan
meragukan imamah dari Imam Hasan (as) atas perjanjian yang Beliau (as)
lakukan dengan Muawiyah walaupun Muawiyah adalah seorang NASHIBI..!
.
Ucapan-ucapan Tentang Muawiyah
Muhammad bin Abu Bakar berkata kepada Muawiyah (Muruj al-Dzahab j.3 h.20) :
“Kau adalah Anak terkutuk dari orang (ayah) terkutuk”
Dan tercatat dalam Al Kamil fi Tarikh (3/180) dan Tarikh Ibn al Wardi (1/245)
“Setelah wafatnya Muhammad bin Abu Bakar rakyat Mesir
memberikan baiat untuk Muawiyah. Bersamaan kejadian tersebut Ummul
Mukminin Aisyah mengutuk Muawiyah dan Amru bin Ash setiap selesai
shalat”.
.
.
Pada tulisan yang lalu telah disebutkan bahwa Ali bin Ja’d telah
mengatakan bahwa Muawiyah mati bukan dalam agama Islam. Dan dibawah ini
kami akan membawa riwayat dari Tarikh Baghdad (6/248) : http://islamport.com/d/3/tkh/1/79/2061.html (online)
العتيقي: مات معاوية على غير ملة الإسلام
Al ‘Atiqi berkata : “Muawiyah mati di luar agama Islam”
Para Nashibi ingin menebar keraguan dengan melemahkan riwayat diatas
demi membela Muawiyah dengan cara melemahkan salah satu perawinya
yaitu Yahya bin Abdul Hamid Hamani, padahal ia salah satu perawi Muslim, dan dinyatakan Tsiqah oleh ulama Sunni sendiri, diantaranya :
- Yahya Ibn Mu’in (Tahdib al-Kamal j.31, h.423),
- Ibn Numair dan Muhammad al Busyanji (Tahdib al-Tahdib j.11, h.248)
- Allamah Ibn Syahin memasukkan Yahya bin Abdul Hamid Hamani dalam kitabnya “Tarikh Asma al-Tsiqat” h. 270.
Adz-Dzahabi dalam Siyar Alam Al-Nubala (17/602) mencatat tentang Al-Atiqi :
“Seorang Imam Muhadist, Tsiqah, Abu al-Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Mansur al-Baghdadi al-Atiqi”
Dan Al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad (5/143) mencatat :
“Aku mencatat darinya, dan dia Shaduq”
.
Qays bin Sa’d : Muawiyah adalah Berhala Jahiliyah
Dalam al Bidayah (8 /108) “Dzikr Qays bin Sa’d bin Ibada” tercatat bahwa Qays berkata kepada Muawiyah :
“Wahai Muawiyah..! Kau adalah berhala di antara berhala-berhala Jahiliyah.”
Dalam Muruj al-Dzahab (8 /125) :
“Anakmu adalah penyembah berhala seperti dirimu”
.
Mencintai Imam Ali (as) sekaligus mencintai Muawiyah?
Imam Mawardi dalam Kitabnya Adab al-Dunya wa al-Din (h.197) dan Syamsudin Abu Al-Barakat Al-Dimasyqi Asy-Syafi’i (w.871 H) dalam Jawahir al-Matalib (2/158) mencatat :
“Seseorang menghampiri Ali dan berkata kepadanya : “Aku
mencintaimu dan mencintai Muawiyah. Dia (Ali) ra menjawab : ‘Sekarang
kau hanya mempunyai satu mata, lebih baik disembuhkan atau menjadi buta (sekalian)”
Jawaban dari Pintu Kota Ilmu Nabi diatas adalah
sebenar-benarnya logika, yaitu TIDAK bisa mencintai orang yang di
dzalimi dan dalam waktu yang sama mencintai orang yang mendzalimi .
0 komentar:
Posting Komentar