FATHIMAH AZ-ZAHRA` a.s.
a. Biografi Singkat Fathimah Az-Zahra` a.s.
Fathimah Az-Zahra` a.s. adalah putri keempat
pasangan Rasulullah SAWW dan Khadijah Al-Kubra. Julukannya antara lain
az-zahra`, ash-shiddiiqah, ath-thaahirah, al-mubaarakah, az-zakiah,
ar-radhiah, al-mardhiah, al-muhaddatsah dan al-batuul. Mayoritas
sejarawan Syi’ah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah
pada tanggal 20 Jumadits Tsani 5 H.. Akan tetapi, sebagian yang lain
menyatakan bahwa hal itu jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga
menetapkannya pada tahun 2 H. Salah seorang sejarawan dan ahli hadis
dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa kelahirannya jatuh pada tahun
1 H.
Jelas bahwa usaha memperjelas hari kelahiran tokoh-tokoh besar
sejarah meskipun dari sudut pandang historis dan riset ilmiah memiliki
nilai yang besar, akan tetapi, dari sisi mengenal peran mereka dalam
sejarah, hal itu tidak begitu urgen. Yang penting adalah mengetahui
peran mereka dalam membentuk masa depan manusia dan sejarah.
Fathimah a.s. dididik di rumah ayahnya, sebuah rumah
kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok
pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan tegar memegang iman
mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di
jazirah Arab yang dari dalamnya berkumandang suara ‘Allahu Akbar’, dan
Fathimah a.s. adalah satu-satunya anak wanita yang mengalami kehangatan
semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan masa kecilnya ia lalui
dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi Kultsum
lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah satu rahasia
kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap
penggemblengan raga dan jiwa.
Setelah menikah dengan Amirul Mukminin Ali a.s., ia dikenal sebagai
seorang wanita figur di sepanjang sejarah. Dalam kehidupan berumah
tangga ia adalah seorang wanita figur, dan dalam beribadah kepada Allah
ia juga dikenal sebagai wanita teladan. Setelah selasai dari semua
kewajiban sebagai ibu rumah tangga, ia dengan penuh khusyu’ dan rendah
hati beribadah kepada Allah serta berdoa untuk kepentingan orang lain.
Imam Shadiq a.s. meriwayatkan dari kakek-kakeknya
bahwa Imam Hasan bin Ali a.s. berkata: “Di setiap malam Jumat, ibuku
beribadah hingga fajar menyingsing. Ketika ia mengangkat tangannya untuk
berdoa, ia selalu berdoa untuk kepentingan orang, dan ia tidak pernah
berdoa untuk dirinya sendiri. Suatu hari aku bertanya kepadanya: “Ibu,
mengapa Anda tidak pernah berdoa untuk diri Anda sendiri sebagaimana
Anda mendoakan orang lain?” “Tetangga harus didahulukan, wahai putraku”,
jawabnya singkat”.
Zikir-zikir setelah shalat wajib yang sering dibacanya telah
diriwayatkan dalam referensi-referensi Syi’ah dan Ahlussunnah. Zikir
tersebut dikenal dengan sebutan tasbiihaat Fathimah a.s.
Sebelum Rasulullah SAWW meninggal dunia, segala
kesulitan hidup yang dialaminya sirna dengan melihat wajah berseri sang
ayah. Bertemu dengan sang ayah dapat membasmi semua kepenatan dan
menganugerahkan ketenteraman dan kekuatan baru. Akan tetapi,
meninggalnya sang ayah, terzaliminya sang suami, hilangnya kebenaran dan
–-lebih penting dari semua itu–, penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi setelah meninggalnya Rasulullah SAWW dalam waktu yang sangat
singkat, sangat menyakiti jiwa dan kemudian raga Fathimah a.s.
Berdasarkan pembuktian sejarah, sebelum sang ayah meninggal dunia, ia
tidak pernah memiliki penyakit raga.
Anda pasti telah mendengar cerita mereka yang datang ke rumah
Fathimah a.s. dan ingin membakar rumah dan seluruh isinya. Peristiwa ini
dengan sendirinya sudah cukup sebagai peristiwa yang sangat
menyakitkannya. Apalagi jika ditambah dengan peristiwa-peristiwa lain.
Putri Rasulullah SAWW terbaring di atas ranjang
merintih kesakitan. Para wanita Muhajir dan Anshar mengelilinginya. Ia
masih sempat melontarkan ceramah di hadapan mereka. Dan dengan menukil
sebagian kecil dari ceramah tersebut, Anda akan memahami betapa ia
mengeluh terhadap keadaan masyarakat kala itu yang memancing di air
keruh untuk merampas wilayah dari pemiliknya yang sah.
“Demi Allah, jika mereka menyerahkan kepada Ali segala tugas yang
telah ditentukan oleh Rasulullah SAWW, ia akan membawa mereka menuju ke
jalan yang lurus dan memberikan hak setiap orang kepadanya. Oh, kenapa
masa ini dipenuhi oleh hal-hal yang aneh dan permainan datang silih
berganti.
Mengapa kaum kalian berbuat demikian? Apa alasan
mereka? Mereka adalah para pencinta yang bohong. Akhirnya mereka akan
merasakan balasannya.
Mereka telah meninggalkan kepala dan memegang erat
ekor. Mereka mencari (baca : mengikuti) orang-orang awam dan enggan
bertanya kepada orang-orang alim. Laknat atas orang-orang bodoh dan
lalim yang menganggap kelalimannya sebagai sebuah kebajikan”.
Pada akhirnya putri Rasulullah SAWW itu mengucapkan selamat tinggal
kepada dunia ini dan berjumpa dengan Tuhannya. Imam Ali a.s. menguburkan
jasadnya pada malam hari sehingga tidak ada kesempatan bagi Abu Bakar
untuk menghadiri penguburannya. Ia meninggal dunia sebagai syahid yang
terzalimi.
Berkenaan dengan tanggal syahadahnya, para ahli hadis juga berbeda
pendapat. Pendapat yang masyhur adalah 13 Jumadil Ula 11 H., dan
pendapat lain menyatakannya jatuh pada tanggal 3 Jumadits Tsani 11 H.
b. Ilmu Fathimah a.s
Fathimah a.s. dari semenjak lahir telah mempelajari
ilmu pengetahuan dari sumber wahyu. Rahasia-rahasia ilmu pengetahuan
yang dimilikinya adalah hasil diktean sang ayah dan ditulis oleh
suaminya tercinta, Imam Ali a.s. Setelah itu, ia mengumpulkannya dalam
bentuk sebuah mushaf yang akhirnya dikenal dengan nama Mushaf Fathimah
a.s.
c. Mendidik Orang Lain
Dengan menjelaskan hukum dan pengetahuan-pengetahuan
Islam, Fathimah a.s. telah berhasil memperkenalkan para wanita pada
masa itu dengan kewajiban-kewajiban mereka. Fidhdhah, salah seorang
murid dan hasil didikannya selama dua puluh tahun tidak berbicara
kecuali Al Quran dan jika ia hendak menerangkan sesuatu, ia
menjelaskannya dengan membaca ayat-ayat Al Quran.
Suatu hari seorang wanita menghadap Fathimah a.s. seraya bertanya:
“Saya memiliki seorang ibu yang sudah tua dan sering mengerjakan shalat
dengan keliru. Ia menyuruhku untuk bertanya kepada Anda berkenaan dengan
permasalahan tersebut”. Ia pun menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu
mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak sepuluh dan ia pun menjawab
setiap pertanyaannya tersebut. Akhirnya, wanita itu merasa malu dan
berkata: “Saya tidak akan mengganggu Anda lagi”. Fathimah a.s. menjawab:
“Tidak apa-apa. Datanglah kemari dan tanyakanlah segala permasalahanmu.
Berapa kali pun engkau bertanya, aku tidak akan marah. Aku pernah
mendengar ayahku bersabda: “Pada hari kiamat ulama pengikut kami akan
dibangkitkan dan mereka akan dianugerahi kedudukan yang tinggi sesuai
dengan kadar ilmu yang mereka miliki. Pahala mereka akan disesuaikan
dengan kadar usaha yang telah mereka lakukan dalam memberikan petunjuk
kepada hamba-hamba Allah”.
d. Ibadah Fathimah a.s.
Fathimah a.s. mengkhususkan sebagian waktu di malam
hari untuk beribadah. Karena lamanya berdiri ketika mengerjakan shalat
malam, akhirnya kakinya membengkak. Hasan Al-Bashri (wafat 110 H.)
pernah berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini dari segi zuhud,
ibadah dan takwa yang melebihi Fathimah a.s.”.
e. Sebuah Kalung yang Penuh Berkah
Suatu hari Rasulullah SAWW duduk di masjid dan
dikelilingi oleh para sahabat. Tidak lama kemudian seorang tua bangka
dengan pakaian compang-camping datang menghampiri mereka. Usia tua dan
kelemahan badannya telah merenggut segala kekuatan yang dimilikinya.
Rasulullah SAWW menghampirinya seraya bertanya tentang keadaannya. Ia
menjawab: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang papa dan lapar,
berikanlah aku makanan. Aku telanjang, berikanlah kepadaku pakaian. Aku
hidup menderita, tolonglah aku”. Rasulullah SAWW menjawab: “Aku sekarang
tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu). Akan tetapi,
orang yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, sebenarnya ia juga
memiliki saham dalam kebaikan tersebut”.
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAWW menyuruhnya untuk pergi ke
rumah Fathimah a.s. Ia pergi ke rumahnya dan sesampainya di sana ia
menceritakan segala penderitaannya. Ia menjawab: “Aku pun sekarang tidak
memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu)”. Setelah berkata
demikian, ia melepas kalung yang dihadiahkan oleh putri Hamzah bin Abdul
Muthalib kepadanya dan memberikannya kepada pria tua itu seraya
berkata: “Juallah kalung ini, insya-Allah engkau akan dapat memenuhi
kebutuhanmu”.
Setelah mengambil kalung tersebut pria tua itu pergi
ke masjid. Rasulullah SAWW masih duduk bersama para sahabat kala itu.
Pria tua itu berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah memberikan kalung ini
kepadaku untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku”. Rasulullah
terisak menangis. Amar Yasir berkata: “Wahai Rasulullah, apakah Anda
mengizinkan kalung ini kubeli?” “Siapa yang membelinya, semoga Allah
tidak mengazabnya”, jawab Rasulullah SAWW singkat.
Amar Yasir bertanya kepada pria tua itu: “Berapa kamu mau
menjualnya?” “Aku akan menjualnya seharga roti dan daging yang dapat
mengenyangkanku, pakaian yang dapat menutupi badanku dan 10 Dinar
sebagai bekalku pulang menuju rumahku”, jawabnya pendek.
Amar Yasir berkata: “Kubeli kalung ini dengan harga
20 Dinar emas, makanan, pakaian dan kuda (sebagai tungganganmu pulang)”.
Ia membawa pria tua itu ke rumahnya, lalu diberinya makan, pakaian,
kuda dan 20 Dinar emas yang telah disepakatinya. Setelah mengharumkan
kalung tersebut dengan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain, ia
berkata kepada budaknya: “Berikanlah bungkusan ini kepada Rasulullah,
dan aku juga menghadiahkanmu kepada beliau”.
Rasulullah SAWW akhirnya menghadiahkan kalung dan budak tersebut
kepada Fathimah a.s. Fathimah a.s. mengambil kalung tersebut dan berkata
kepada budak itu: “Aku bebaskan engkau di jalan Allah”. Budak itu
tersenyum. Fathimah a.s. menanyakan mengapa ia tersenyum. Ia menjawab:
“Wahai putri Rasulullah, kalung ini yang membuatku tersenyum. Ia telah
mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada
orang-orang yang tak berpakaian, menjadikan orang fakir kaya, memberikan
tunggangan kepada orang yang tidak punya tunggangan, membebaskan budak
dan akhirnya ia kembali pemilik aslinya”.
f. Peranan Fathimah a.s. dalam Peperangan-peperangan di Awal Munculnya Islam
Selama sepuluh tahun Rasulullah SAWW memerintah di
Madinah, telah terjadi sekitar dua puluh tujuh atau dua puluh delapan
peperangan (ghazwah) dan tiga puluh lima hingga sembilan puluh sariyah.
Ghazwah adalah sebuah peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah
SAWW, sedangkan sariyah adalah sebuah peperangan yang tidak langsung
dipimpin olehnya. Akan tetapi, ia mengutus sebuah pasukan yang dipimpin
oleh salah seorang sahabat yang telah ditunjuk olehnya. Kadang-kadang
karena jarak yang amat panjang antara Madinah dan medan perang, mereka
harus meninggalkan kota pusat Islam selama kurang lebih dua atau tiga
bulan. Selama hidup berumah tangga dengan Fathimah Az-Zahra` a.s., Imam
Ali a.s. banyak melalui waktu-waktunya di medan jihad atau di medan
tabligh. Selama suaminya tercinta tidak berada di rumah, Fathimah a.s.
mengambil alih tugas mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak
mereka. Dan tugas ini dilaksanakannya dengan baik sehingga suaminya
sebagai seorang prajurit Islam dapat menjalankan tugasnya dengan
sempurna.
Selama masa-masa genting itu, Fathimah a.s. selalu membantu para
keluarga prajurit dan syuhada Islam dan turut menghibur mereka. Dan
kadang-kadang ia juga mengobati luka-luka yang dialami oleh keluarganya.
Pada peristiwa perang Uhud, Fathimah a.s. turut menghadiri peperangan
tersebut bersama wanita-wanita yang lain. Di perang ini, Rasulullah
SAWW luka parah dan Imam Ali a.s. juga mengalami luka yang tidak kalah
parahnya. Fathimah a.s. mencuci darah dari wajah sang ayah dan Imam Ali
a.s. yang menuangkan air dengan perisainya. Ketika melihat darah di
wajahnya tidak kunjung berhenti mengalir, Fathimah a.s. mengambil
setangkai pelepah kurma lalu dibakarnya. Setelah menjadi abu, ia
melumurkan abu tersebut di atas luka sang ayah supaya darahnya berhenti
mengalir. Rasulullah SAWW dan Imam Ali a.s. menyerahkan pedang mereka
kepada Fathimah a.s. untuk dicuci.
Di perang ini Hamzah meneguk cawan syahadah. Setelah perang usai,
Shafiah, saudari Hamzah bersama Fathimah a.s. duduk bersimpuh di sisi
jenazah Hamzah yang sudah terkoyak-koyak sambil menangis. Rasulullah
SAWW juga turut serta menangis seraya berkata kepada Hamzah: “Tidak ada
musibah yang pernah kami alami seperti musibah yang telah menimpamu”.
Setelah itu ia berkata kepada mereka berdua: “Kabar gembira buat kalian.
Baru saja malaikat Jibril membawa berita bahwa di tujuh langit Hamzah
sudah dikenal sebagai singa Allah dan Rasul-Nya”.
Setelah perang Uhud usai, selama Fathimah a.s. hidup
ia selalu pergi berziarah ke kuburan syuhada Uhud setiap hari sebanyak
dua atau tiga kali.
Di perang Khandaq, Fathimah a.s. mengantarkan sepotong roti kepada
Rasulullah SAWW. Rasulullah SAWW bertanya: “Apa ini?” “Aku memasak roti.
Hatiku tidak tenang sebelum mengantarkan roti ini kepadamu”, jawabnya.
“Ini adalah makanan pertama yang kusantap setelah tiga hari kelaparan”,
kata Rasulullah SAWW.
Di perang Mu`tah, Ja’far bin Abi Thalib meneguk
cawan syahadah. Rasulullah SAWW pergi ke rumahnya untuk menjenguk
keluarganya. Setelah itu, ia pergi ke rumah Fathimah a.s. Ia menangis
terisak. Rasulullah SAWW bersabda: “Menangislah untuk orang-orang
seperti Ja’far. Sediakanlah makanan untuk keluarganya. Karena mereka
pada hari-hari ini telah lupa kepada diri mereka sendiri”.
Pada peristiwa pembebasan kota Makkah, Fathimah a.s. juga ikut hadir
secara aktif. Ummi Hani`, saudari Imam Ali a.s. bercerita: Pada
peristiwa pembebasan kota Makkah, aku melindungi dua orang dari kerabat
suamiku yang masih musyrik di rumahku. Dan hingga kini mereka masih
berada di rumahku. Tiba-tiba dengan menunggangi kuda dan berpakaian besi
lengkap, Ali a.s. tiba di rumahku dan menghampiri mereka. Aku memisah
dan berdiri di tengah-tengah mereka seraya berkata: “Jika engkau ingin
membunuh mereka, engkau harus membunuhku terlebih dahulu”. Ali a.s.
keluar dari rumahku. Hampir saja ia membunuh kedua orang tersebut. Aku
pergi menemui Rasulullah SAWW di kemahnya yang berada di Bathha`. Tapi
aku tidak menjumpainya. Akhirnya aku melihat Fathimah a.s. dan
kuceritakan semua yang sudah terjadi. Ternyata ia lebih tegas dari
suaminya. Ia berkata kepadaku dengan penuh keheranan: “Apakah engkau
masih melindungi musyrikin?” Pada saat itu Rasulullah SAWW tiba dan aku
memintakan suaka politik darinya untuk mereka. Ia menyetujuinya. Setelah
itu ia menyuruh Fathimah a.s. untuk menyediakan air dan kemudian ia
mandi.
Di bulan Ramadhan 10 H., Imam Ali a.s. mendapat perintah dari
Rasulullah SAWW untuk bertabligh ke Yaman dengan membawa pasukan yang
berjumlah tiga ratus penunggang kuda. Instruksi tersebut dapat ia
laksanakan dengan baik dan banyak sekali penduduk Yaman yang memeluk
agama Islam. Ia menyampaikan segala kegiatannya di Yaman melalui surat.
Pada sebuah kesempatan Rasulullah SAWW menjawab bahwa untuk melaksanakan
ibadah haji ia harus secepatnya sampai di Makkah. Dan pembawa surat
Rasulullah SAWW itu kembali bersama Imam Ali a.s.
Di bulan Dzul Qa’dah tahun itu juga Rasulullah SAWW mengumumkan
kepada penduduk Madinah dan kabilah-kabilah yang berdekatan bahwa ia
ingin melaksanakan haji. Dengan demikian mereka telah mempersiapkan diri
untuk melakukan kewajiban agung tersebut.
Rasulullah SAWW berangkat dari Madinah pada tanggal 25 Dzul Qa’dah 10
H. dan memulai ihram dari Dzul Hulaifah. Semua istrinya pada kesempatan
ini ikut serta bersamanya. Fathimah a.s. juga tidak mau ketinggalan.
Setelah tiga bulan melaksanakan tugas, Imam Ali a.s. berhasil sampai di
Makkah untuk melaksanakan haji dan melihat istrinya tercinta saat itu
juga. Setelah melaksanakan kewajiban haji yang dikenal dengan haji
wada’, di tengah perjalanan pulang ke Madinah tepatnya di daerah yang
bernama Ghadir Khum Rasulullah SAWW memproklamasikan keimamahan Imam Ali
a.s. atas dasar perintah Allah. Dengan kehadiran Fathimah a.s. di haji
wada’, dapat disimpulkan bahwa ia juga menghadiri pelantikan Ghadir
Khum.
g. Fathimah Az-Zahra` a.s. di masa-masa terakhir Kehidupan Rasulullah SAWW
Di akhir-akhir umurnya penyakit Rasulullah SAWW
bertambah parah. Di sisi sang ayah, Fathimah a.s. menatap wajah ayahnya
yang bercahaya dan mengalirkan keringat dingin. Sambil menangis ia
menatap ayahnya. Sang ayah tidak tega melihat putrinya menangis dan
gelisah. Akhirnya sang ayah membisikkan sebuah ucapan di telinganya
sehingga ia tenang dan tersenyum. Senyumnya pada masa-masa krisis
seperti itu terlihat sangat aneh. Mereka bertanya kepadanya: “Rahasia
apakah yang telah ia ucapkan?” Ia hanya menjawab: “Selama ayahku hidup
aku akan bungkam seribu bahasa”. Setelah Rasulullah SAWW meninggal
dunia, ia membongkar rahasia itu. Fathimah a.s. berkata: “Ayahku
mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah orang pertama dari Ahlul Baytku
yang akan menyusulku. Oleh karena itu, aku bahagia”.
Pada kesempatan ini kami haturkan ucapan-ucapan suci pilihan yang
pernah diucapkan oleh Fathimah a.s. dan telah diriwayatkan oleh Syi’ah
dan Ahlussunnah. Dengan mengambil ilham dari ucapan-ucapan suci tersebut
diharapkan cahaya hikmah akan terpancar dalam lubuk kalbu kita dan akan
menjadi penerang jalan bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari:
1. Kedudukan Ahlul Bayt a.s. di sisi Allah
“Panjatkanlah puja kepada Dzat yang karena keagungan
dan cahaya-Nya seluruh penduduk langit dan bumi mencari perantara untuk
menuju kepada-Nya. Kami adalah perantara-Nya di antara makhluk-Nya,
kami adalah orang-orang keistimewaan-Nya dan tempat menyimpan
kesucian-Nya, kami adalah hujjah-Nya berkenaan dengan rahasia ghaib-Nya,
dan kami adalah pewaris para nabi-Nya”.
2. Segala yang memabukkan adalah haram
Rasulullah SAWW pernah bersabda kepadaku: “Wahai
kekasih ayahnya, segala yang memabukkan adalah haram, dan segala yang
memabukkan adalah khamar”.
3. Wanita terbaik
“Yang baik bagi wanita, hendaknya ia tidak melihat laki-laki dan laki-laki tidak melihatnya”.
4. Hasil ibadah yang disertai ikhlas
“Orang yang menghadiahkan kepada Allah ibadahnya yang murni, maka Ia akan menurunkan kepadanya kemaslahatannya yang terbaik”.
5. Kemurkaan Fathimah a.s. terhadap dua khalifah
Ia berkata kepada Khalifah pertama dan kedua: “Jika
aku membacakan hadis dari Rasulullah SAWW apakah kalian akan
mengamalkannya?”
“Ya”, jawab mereka singkat.
Ia melanjutkan: “Demi Allah, apakah kalian tidak
pernah mendengar Rasulullah SAWW bersabda: “Kerelaan Fathimah adalah
kerelaanku dan kemurkaannya kemurkaanku. Barang siapa mencintai Fathimah
putriku, maka ia telah mencintaiku, barang siapa yang membuatnya rela,
maka ia telah membuatku rela, dan barang siapa membuatnya murka, maka ia
telah membuatku murka”?
“Ya, kami pernah mendengarnya dari Rasulullah SAWW”, jawab mereka pendek.
“Kujadikan Allah dan malaikat sebagai saksiku bahwa
kalian berdua telah membuatku murka. Jika aku kelak berjumpa dengan
Rasulullah, niscaya aku akan mengadukan kalian kepadanya”, lanjutnya.
6. Umat yang paling buruk
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Umatku yang terburuk adalah mereka yang berlimpahan nikmat,
makan makanan yang berwarna-warni, memakai pakaian yang beraneka ragam
dan mengucapkan segala yang diinginkan”.
7. Kapan seorang wanita lebih kepada Allah?
Fathimah a.s. bercerita: Rasulullah SAWW pernah bertanya kepada para sahabat mengenai wanita apakah dia?
“(Wanita adalah) sebuah rahasia (yang harus dijaga)”, jawab mereka pendek.
“Kapankah ia lebih dekat kepada Tuhannya?”, tanya Rasulullah SAWW kembali.
Mereka tidak dapat menjawab. Ketika ia (Fathimah
a.s.) mendengar hal itu, spontan ia menjawab: “Ketika ia berada di dalam
rumahnya”.
“Fathimah a.s. adalah penggalan tubuhku”, sabda Rasulullah SAWW menimpali.
8. Buah mengirimkan shalawat kepada Fathimah a.s.
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah
berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, barang siapa bershalawat kepadamu,
maka Allah akan mengampuni (dosa-dosanya) dan mengumpulkannya denganku
di surga”.
9. Ali a.s. adalah seorang panutan dan pemimpin
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Barang siapa yang menganggap aku sebagai walinya, maka Ali
adalah walinya, dan barang siapa yang menganggap aku sebagai imamnya,
maka Ali adalah imamnya”.
10. Hijab Fathimah a.s.
Suatu hari Rasulullah SAWW bertamu ke rumah Fathimah
a.s. dengan membawa seorang buta. Ia langsung menutup dirinya dengan
hijab supaya tidak dilihat oleh orang tersebut. Rasulullah SAWW langsung
bertanya: “Mengapa engkau menutupi dirimu dengan hijab padahal ia tidak
dapat melihatmu?”
“Jika ia tidak dapat melihatku, aku yang dapat melihatnya. Ia dapat mencium aroma badanku”, jawabnya.
“Aku bersaksi bahwa engkau adalah pengalan tubuhku”, jawab Rasulullah SAWW menimpali.
11. Sebuah konsep hidup yang sempurna
Fathimah a.s. berkata: (Pada suatu malam) Rasulullah
SAWW pernah bertamu ke rumahku dan aku sudah naik ke ranjang untuk
tidur malam. Ia berpesan: “Wahai Fathimah, janganlah engkau tidur
kecuali setelah melakukan empat hal: mengkhatamkan Al Quran, menjadikan
para nabi a.s. sebagai pemberi syafaatmu, menjadikan mukminin rela
terhadap dirimu dan melaksanakan haji dan umrah”.
Setelah berkata demikian, ia langsung melaksanakan shalat. Aku sabar
menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya. Setelah menyelesaikan
shalatnya, aku bertanya: “Wahai Rasulullah, engkau memerintahkanku untuk
melaksanakan empat hal yang tidak mungkin dapat kukerjakan dalam
kondisi seperti ini?”
Ia tersenyum seraya berkata: “Jika engkau membaca ‘qul huwallaahu
ahad’ (maksudnya membaca surah al-ikhlash — pen.) sebanyak tiga kali,
maka kamu telah mengkhatamkan Al Quran, jika engkau bershalawat kepadaku
dan kepada para nabi sebelumku, maka kami akan memberikan syafaat
kepadamu pada hari kiamat, jika engkau beristigfar untuk mukminin, maka
mereka akan rela terhadapmu, dan jika engkau membaca ‘subhaanallaah wal
hamdulillaah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar’ engkau telah
mengerjakan haji dan umrah”.
12. Kerelaan suami
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Celakalah seorang istri yang membuat suaminya marah dan kabar
gembira bagi seorang istri yang suaminya rela terhadapnya”.
13. Manfaat cincin akik
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Barang siapa yang selalu memakai cincin akik, maka ia akan
selalu melihat kebaikan”.
14. Ali a.s. adalah pemecah problema yang terbaik
Fathimah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW pernah
bercerita: Sekelompok malaikat pernah bertengkar tentang suatu masalah.
Kemudian mereka meminta seorang penengah dari bangsa manusia. Allah
mewahyukan kepada mereka agar memilih siapa yang mereka sukai. Akhirnya
mereka memilih Ali bin Abi Thalib a.s.
15. Wanita penghuni neraka
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bercerita tentang pengalamannya setelah melihat penduduk neraka: “Wahai
putriku, wanita yang digantung dengan rambutnya itu adalah wanita yang
tidak menutupi rambutnya dari pandangan laki-laki, wanita yang digantung
dengan lidahnya adalah wanita yang suka mengganggu suaminya. Adapun
wanita yang berkepala babi dan berbadan keledai adalah wanita yang suka
mengadu domba dan pembohong, dan wanita yang berbadan anjing adalah
wanita penyanyi dan penghasut”.
16. Syarat-syarat orang yang berpuasa
“Orang yang sedang menjalankan puasa jika tidak
menjaga mulut, telinga, mata dan seluruh anggota badannya, maka ia tidak
termasuk kategori orang yang berpuasa”.
17. Muslim pertama dan yang paling alim
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Suamimu adalah orang yang paling alim, orang yang pertama
masuk Islam dan orang yang paling penyabar”.
18. Menolong keturunan Rasulullah SAWW
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Jika seseorang pernah menolong seorang dari keturunanku dan
ia belum membalasnya, maka aku yang akan membalasnya”.
19. Ali a.s. dan para pengikutnya
Fathimah a.s. berkata: “Ayahku melihat Ali a.s. seraya berkata: “Orang ini dan para pengikutnya adalah penghuni surga”.
20. Para pengikut Ali a.s. di hari kiamat
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Wahai Abal Hasan, engkau dan para pengikutmu adalah penghuni surga”.
21. Al Quran dan ‘itrah dalam ucapan Rasulullah SAWW
Fathimah a.s. bercerita: Aku pernah mendengar ayahku
berpesan ketika ia sedang menunggu ajal tiba dan kamarnya dipenuhi oleh
para sahabat: “Wahai manusia, tidak lama lagi aku harus pergi
meninggalkan kalian dan sebelum ini telah kusampaikan sebuah pesan
sebagai hujjah terakhir bagi kalian. Ingatlah baik-baik, aku tinggalkan
bagi kalian kitab Tuhanku dan Ahlul Baytku”. Kemudian mengangkat tangan
Ali a.s. seraya berseru: “Inilah Ali. Ia akan selalu bersama Al Quran
dan Al Quran juga akan selalu bersamanya. Keduanya tidak akan pernah
berpisah hingga mereka datang menghadapku di telaga surga. Oleh karena
itu, aku akan menanyakan kalian bagaimana kalian memperlakukan
keduanya”.
22. Mencuci Tangan
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Janganlah menyalahkan kecuali dirinya sendiri orang yang
hendak tidur malam sedangkan tangannya masih berlumuran debu”.
23. Balasan bagi orang yang selalu berwajah ceria
“Selalu berwajah ceria akan membawa seseorang masuk surga”.
24. Konsekuensi berumah tangga
“Wahai Rasulullah, tanganku telah mengapal karena setiap hari aku harus membuat tepung dan membuat adonan roti”.
25. Bahaya kikir
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah pernah berpesan
kepadaku: “Jauhilah sifat kikir, karena kikir adalah sebuah penyakit
yang tidak akan menjangkiti orang dermawan. Jauhilah sifat kikir, karena
sifat kikir adalah sebuah pohon di neraka yang ranting-rantingnya
menjulur ke dunia. Barang siapa yang berpegang teguh kepada sebatang
rantingnya (di dunia), maka tangkai tersebut akan menyeretnya ke dalam
neraka”.
26. Pahala kedermawanan
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah
berpesan kepadaku: “Peganglah sifat kedermawanan, karena sifat itu
adalah sebuah pohon di surga yang ranting-rantingnya menjulang ke bumi.
Barang siapa yang berpegangan dengan sebatang tangkainya (di dunia),
maka tangkai tersebut akan menuntunnya menuju surga”.
27. Pahala mengucapkan salam kepada Rasulullah SAWW dan Fathimah a.s.
Fathimah a.s. berkata: Rasulullah SAWW pernah
bersabda kepadaku: “Barang siapa yang mengucapkan salam kepadaku dan
kepadamu selama tiga hari berturut-turut, maka ia berhak mendapatkan
surga”.
28. Senyum yang penuh rahasia
Aisyah bercerita: Ketika Rasulullah SAWW sedang
sakit parah, ia memanggil putrinya seraya membisikkan sesuatu di
telinganya. Fathimah a.s. menangis. Kemudian ia membisikkan sesuatu
untuk kedua kalinya. Fathimah a.s. tersenyum. Setelah itu aku bertanya
kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab: “Tangisku karena Rasulullah SAWW
memberitahu kepadaku bahwa ia akan segara meninggal dunia, dan senyumku
karena ia memberitahu kepadaku bahwa aku adalah orang pertama yang akan
menyusulnya”.
29. Rasulullah SAWW adalah ayah bagi keturunan Fathimah a.s.
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan setiap keturunan yang
berasal dari seorang ibu sebagai keluarga yang berhubungan nasab
langsung dengannya kecuali keturunan Fathimah. Karena aku adalah wali
mereka (dan nasab mereka menyambung kepadaku)”.
30. Kebahagiaan sejati
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Jibril mewahyukan kepadaku bahwa orang yang sesungguhnya
bahagia adalah orang yang mencintai Ali, baik pada masa hidupku maupun
setelah wafatku”.
31. Rasulullah SAWW dan Ahlul Bayt a.s.
Fathimah a.s. bercerita: Suatu hari aku bertamu ke
rumah Rasulullah SAWW. Ia membentangkan sehelai kain seraya berkata
kepadaku: “Duduklah di atasnya”. Tak lama kemudian Hasan masuk.
Rasulullah SAWW berkata kepadanya: “Duduklah bersama ibumu”. Selang
beberapa waktu Husein masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah bersama
mereka berdua”. Kemudian Ali masuk. Ia berkata kepadanya: “Duduklah
bersama mereka”. Setelah itu Rasulullah SAWW melipat kain tersebut
sehingga menutupi kami seraya berkata: “Mereka adalah dariku dan aku
dari mereka. Ya Allah, ridhailah mereka sebagaimana aku ridha atas
mereka”.
32. Doa Rasulullah SAWW ketika masuk dan keluar dari masjid
Ketika masuk masjid, Rasulullah SAWW selalu membaca
doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunuubii
waftah lii abwaaba rahmatik”, dan ketika keluar dari masjid, ia membaca
doa “Bismillaah, allaahumma shalli ‘alaa Muhammad waghfir dzunubii
waftah lii abwaba fadhlik”.
33. Keutamaan waktu antara fajar hingga matahari terbit
Fathimah a.s. bercerita: Suatu pagi Rasulullah lewat
di sampingku ketika aku sedang berbaring hendak tidur pagi. Ia
menggerakkanku dengan kakinya seraya berkata: “Wahai putriku, bangunlah,
saksikanlah rezeki Tuhanmu dan janganlah engkau termasuk dalam golongan
orang-orang yang lupa. Karena Allah akan membagi rezeki manusia di
antara waktu fajar dan matahari terbit”.
34. Orang sakit berada di bawah lindungan Allah
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Ketika seorang hamba sakit, Allah mewahyukan kepada para
malaikat: “Bebaskanlah dia dari taklif selama ia menjadi tanggungan-Ku.
Karena Akulah yang menahannya (dengan jalan menyakitkannya) sehingga Aku
mencabut nyawanya atau menyembuhkannya”. Ayahku sering berkata: “Allah
mewahyukan kepada para malaikat: “Tulislah bagi hamba-Ku ini sebanyak
pahala amalan yang dikerjakannya pada waktu ia sehat”.
35. Menghormati orang lain
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Orang yang baik di antara kalian adalah orang yang paling
luwes bergaul dengan orang-orang sekitarnya dan yang paling pengertian
terhadap istrinya”.
36. Pahala membebaskan budak
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang membebaskan seorang budak mukmin, maka ia akan terbebaskan dari api neraka”.
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang membebaskan seorang budak mukmin, maka ia akan terbebaskan dari api neraka”.
37. Waktu terkabulnya doa
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Pada hari Jumat terdapat sebuah waktu yang jika seorang hamba
berdoa demi kebaikan di dalamnya, niscaya Allah akan mengabulkannya.
(Waktu itu) adalah menjelang matahari terbenam”.
38. Meremehkan shalat
Fathimah a.s. berkata: Aku pernah bertanya kepada
ayahku berkenaan dengan orang yang meremehkan shalat, baik laki-laki
maupun wanita. Ia bersabda: “Barang siapa yang meremehkan shalat, baik
laki-laki maupun wanita, Allah akan menimpakan atasnya lima belas macam
bala:
1. Allah akan menghilangkan berkah dari umurnya.
2. Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya.
3. Allah akan memusnahkan tanda-tanda orang saleh dari wajahnya.
4. Setiap amalan yang diamalkannya tidak akan diberi pahala.
5. Doanya tidak akan naik ke langit (baca : tidak dikabulkan).
6. Doa orang-orang saleh tidak akan meliputinya.
7. Ia akan meninggal dunia terhina.
8. Ia akan meninggal dunia kelaparan.
9. Ia akan meninggal dunia kehausan. Seandainya ia
minum seluruh air sungai yang berada di dunia ini, niscaya dahaganya
tidak akan sirna.
10. Allah akan mengutus malaikat yang siap menakut-nakutinya di dalam kubur.
11. Kuburannya akan terasa sempit dan hanya kegelapan yang akan menyelimutinya.
Allah akan mengutus malaikat yang akan menyeretnya dalam keadaan tengkurap dengan disaksikan oleh para makhluk (yang lain).
13. Ia akan dihisab dengan hisab yang berat.
14. Allah tidak akan sudi melihat wajahnya (baca : berpaling darinya), dan
15. Allah tidak akan menyucikannya, dan baginya siksaan yang pedih”.
39. Kekalahan para lalim
Fathimah a.s. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW
bersabda: “Jika dua pasukan yang zalim saling berperang, Allah akan
membiarkan mereka dan tidak penting bagi-Nya pasukan mana yang akan
menang. Dan jika dua pasukan zalim saling berperang, maka kekalahan akan
dialami oleh pasukan yang terzalim”.
40. Cuplikan khotbah Fathimah a.s.
Fathimah a.s. pernah melantunkan sebuah khotbah
terkenalnya di masjid yang cuplikannya adalah sebagai berikut: “Allah
menciptakan iman demi menyucikan kalian dari kemusyrikan, mewajibkan
shalat demi membersihkan kalian dari sifat congkak, mewajibkan zakat
demi menyucikan jiwa dan menambah rezeki, mewajibkan puasa demi
memperkokoh ikhlas (dalam jiwa kalian), mewajibkan haji demi memperkokoh
agama, menganjurkan (bertindak) adil demi mematri kalbu, mewajibkan
taat kepada kami demi teraturnya masyarakat, memproklamirkan keimamahan
kami demi menjaga umat dari berpecah-belah, mewajibkan jihad demi
memuliakan Islam, menganjurkan kesabaran demi membantu mendapatkan
pahala, mewajibkan amar ma’ruf demi menjaga kemaslahatan umum,
memerintahkan berbuat baik kepada orang tua demi menghindari
kemurkaan-Nya, menganjurkan silaturahmi demi memperbanyak jumlah
saudara, mewajibkan qishash demi menjaga pertumpahan darah, mewajibkan
melaksanakan nazar demi memperoleh pengampunan, mewajibkan
menyempurnakan timbangan demi mengikis habis sifat curang dalam jual
beli, melarang meminum khamar demi membersihkan (umat) dari kekotoran
(jiwa), melarang menuduh (orang lain) demi menghindarkan dari laknat,
melarang mencuri demi mewujudkan harga diri, mengharamkan kemusyrikan
demi terwujudnya ikhlas (dan pengakuan) terhadap ketuhanan-Nya. Oleh
karena itu, bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya, janganlah
kalian mati kecuali dalam keadaan muslim dan taatilah Dia sesuai dengan
perintah dan larangan-Nya, karena hanya orang-orang alim yang akan takut
kepada-Nya”.
oleh Mahdi Alhusaini
0 komentar:
Posting Komentar