Pernah aku dikritik ketika menyebut “Allah” dalam tulisanku.
(Mengapa bukan “Allah SWT”?). Pernah pula aku diolok-olok ketika
menyebut “Nabi Muhammad” dalam tulisanku. (Mengapa bukan “Muhammad
SAW”?)
Tanggapan M Shodiq Mustika:
Haruskah menyebut Allah dengan “Allah SWT”? Haruskah menuliskan “Nabi Muhammad” dengan “Nabi Muhammad SAW”? (Tidak kelirukah menuliskan singkatan “SWT”, “SAW”, “a.s.”, “r.a.”, dan sebagainya?)
Dalam pengamatanku, Al-Qur’an tidak
mengharuskan kita untuk menyebut Allah dengan “Allah SWT”. Aku melihat,
ada banyak sekali ayat yang menyebut kata “Allah” saja tanpa tambahan
“SWT”. Malah, sebuah ayat menyatakan dengan tegas: “Katakanlah,
‘Allah itu satu’.” (QS al-Ikhlash ayat pertama.) Ayat ini TIDAK
berbunyi: “Katakanlah, ‘Allah SWT itu satu’.” Tidak ada ayat yang
menyebut “Allah SWT”, bukan?
Sungguhpun demikian, aku tidak bermaksud melarang penambahan kata
“SWT” atau “subhaanahuu wa ta’aalaa” dalam menyebut “Allah”. Mungkin
saja ada kalanya penambahan ini bagus, khususnya untuk mengingatkan kita
akan sifat-sifat Allah.
Dalam pengamatanku pula, Al-Qur’an tidak mengharuskan kita untuk
menyebut “Nabi Muhammad” dengan “Muhammad SAW”. Aku melihat, ada ayat
yang menyebut nama “Muhammad” begitu saja tanpa tambahan “SAW”. (Lihat
QS Muhammad ayat kedua.) Sementara itu, tidak ada ayat yang menyebut
“Muhammad SAW”, bukan?
Syahadat kita pun, menurut al-Hadits, demikian:
Asyhadu allaa ilaaha illallaah
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah.
Asyhadu allaa ilaaha illallaah
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah.
Memang, dalam kaitannya dengan penyebutan nama Nabi Muhammad SAW, ada
sejumlah hadits yang sangat menganjurkan kita untuk bershalawat. Namun
dalam pengamatanku, yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut adalah
anjuran bershalawat ketika nama beliau disebut. Diantaranya:
Riwayat dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah saw [yang] bersabda:
“Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bershalawat untukku.” [H.R. Nasa’i, Tirmidzi dan Thabaraniy]
Sabda Rasulullah saw: “Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bershalawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
Sabda Rasulullah saw: “Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bershalawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
Aku belum pernah menjumpai adanya anjuran dari Allah atau pun Nabi Muhammad untuk menambahkan kata “SAW” ketika menyebut nama beliau. (Ada perbedaan antara “ketika disebut” dan “ketika menyebut”, bukan?)
Sungguhpun demikian, aku tidak bermaksud melarang penambahan kata
“SAW” atau “shallallaahu ‘alayhi wa sallam” dalam menyebut “Nabi
Muhammad” atau “Muhammad Rasulullah”. Mungkin saja ada kalanya
penambahan ini bagus, khususnya untuk mengingatkan kita untuk
mengucapkan shalawat ketika nama beliau disebut.
Dan Allah sajalah Yang Mahatahu.




0 komentar:
Posting Komentar