Dosa-dosa yang meruntuhkan penjagaan
Meminum khomer, bermain judi, melucu yang membuat manusia tertawa,
menyebutkan aib orang lain, bergaul dengan orang-orang yang penuh
keraguan.” (Ma’ani Al-Akhbar: 27)
Pertama: Minum Khomer
Inilah dosa pertama yang mendorong manusia agar terjerumus kepada
kehinaan. Sebabnya sangat jelas. Minum khomer dapat merenggut daya
kemauan yang mengendalikan syahwat manusia. Oleh sebab itu, runtuhlah
salah satu perisai yang menjaga manusia yaitu rasa malu dan menanglah
syahwatnya. Pada akhirnya manusia berada dibawah kekuasaan penuh
syahwatnya, yang akan menggiringnya dan menjadikannya binatang yang
sangat liar.
Imam Ali bin Musa Al-Ridha (sa) mengatakan:
“..Allah mengharamkan khomer karena di dalamnya terdapat kerusakan
dan perubahan akal peminumnya. Juga menyebabkan pengingkaran terhadap
Allah swt, meragukan para Rasul-Nya, kerusakan, pembunuhan, menuduh
orang lain, perzinaan, dan mudah melakukan hal-hal yang haram…”
(Al-Mustadrak 3:137)
Rasulullah saw bersabda:
“Seorang hamba akan tetap berada di bawah penjagaan
Allah swt sampai dia minum khomer. Jika dia telah meminumnya, maka Allah
akan menghanguskan perisainya. Dia akan dibimbing oleh setan dan
teman-temannya adalah Iblis. Pendengaran, penglihatan, tangan, dan
kakinya akan digiring kepada semua kejahatan, dan akan dibelokkan dari
setiap kebaikan.”(Al-Wasail 3: 357)
Ketika syahwat telah menguasai manusia yang teracuni khomer, ia akan
menggiringnya pada kehinaan dan melupakan kemanusiaan, kewarasan,
kehormatan, dan rasa malunya. Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda
tentang khomer ini: “Khomer adalah kejahatan.”(Ushul Al-Kafi, 4:35)
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
“Allah menciptakan gembok bagi kejahatan dan menjadikan kunci bagi gembok itu, yaitu minuman keras …” (Furu’ Al-Kafi,6: 403)
Memang, minuman khomer adalah kunci bagi setiap kehinaan dan kejahatan, karena:
“Peminum khomer apabila sedang meminumnya akan melakukan perzinaan,
pencurian, dan pembunuhan jiwa-jiwa yang diharamkan oleh Allah, serta
meninggalkan shalat,” seperti hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan
oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa).” (Al-Mustadrak, 3:139)
Kedua: Perjudian
Di antara faktor lain yang meruntuhkan penjagaan manusia ialah
perjudian. Perjudian merupakan dasar bagi keuntungan dan kerugian yang
tak teratur. Pada satu saat dia merupakan jalan bagi manusia untuk
tiba-tiba menjadi kaya-raya, memiliki harta kekayaan yang melimpah tanpa
usaha dan kerja. Kekayaan seperti itu membuat manu¬sia kehilangan
sifat-sifat baiknya dan melenyapkan kemampuannya untuk menguasai diri
atas harta kekayaan yang dia miliki. Sehingga dia sangat bernafsu untuk
menghamburkan harta kekayaannya dalam hal-hal yang merusak dan mencelakakan, atau untuk bermain judi lagi.
Dengan jalan judi pula, manusia dapat kehilangan
harta kekayaannya secara tiba-tiba. Pada gilirannya, akan tertanam di
dalam hatinya rasa dendam dan marah kepada orang yang memperoleh
keuntungan dari dirinya. Dan seringkali hal ini menimbulkan balas dendam
dan pertengkaran berdarah.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya perjudian dapat menanamkan sifat
permusuhan di dalam hati dan juga membuatnya culas. Meja perjudian yang
dikelilingi oleh orang-orang yang duduk di sampingnya mampu mengubah
mereka menjadi beringas dan buas untuk menerkam satu sama lain.
Masing-masing individu di antara mereka ingin menerkam yang lain,
memakan dagingnya dan menghisap darahnya. Alangkah indahnya ungkapan
yang disampaikan oleh Al-Quran Al-Karim dalam masalah ini:
“Sesungguhnya setan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khomer dan perjudian…”
(Al-Maidah/5: 91).
Ketiga: Lawakan dan Lelucon
Dosa ketiga yang meruntuhkan penjagaan adalah lawakan yang sengaja
dilakukan untuk membuat manusia tertawa. Sejauh mana kejatuhan orang
yang melawak?
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya seseorang yang berbicara agar
ditertawakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya akan jatuh lebih
jauh daripada sebuah biji yang diiatuhkan oleh tanamannya.” (Al-Mahajjah
Al-Baydba’ 5: 232)
Agar kita memahami betul pengaruh lawakan dan lelucon dalam
meruntuhkan perisai malu dan kehormatan manusia, ada baiknya kita
kemukakan di sini beberapa hadis:
Rasulullah saw. bersabda:
“Banyak Ganda dan melucu akan menghilangkan air wajah (kewibawaan).”(Bibar AI-Anwar 76:58)
Imam Al-Hasan Al-’Askari (sa) berkata:
“Janganlah kamu menghina karena hal itu akan
menghilangkan kewibawaanmu, dan janganlah kamu bercanda karena hal itu
membuat orang-orang akan berani kepadamu.”(Tubaf Al-’Uqul: 486)
Dari Hamran bin A’yun pernah menghadap kepada Imam Muhammad Al-Baqir (sa) dan berkata:
“Berilah wasiat kepadaku.” Al-Baqir menjawab
“Kuwasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah. Jauhilah canda-tawa
karena hal itu akan menghilangkan wibawa dan air muka seseorang. (Bihar
Al-Anwar, 76:60)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Janganlah sekali-kali kamu mencandai saudaramu,
karena dengan hal itu dia akan memusuhi kamu. Jika tidak menjadi musuh,
dia akan menyakiti kamu. (Ghurar Al-Hikam: 726)
Beliau juga berkata:
“Barangsiapa banyak bercanda, maka dia tidak pernah
akan sepi dari orang yang menaruh dendam kepadanya atau
meremehkannya.(Ghurar Al-Hikam: 726)
Di antara wasiat Imam Ali bin Abi Thalib (sa). kepada putranya
Al-Hasan: “… Bercanda itu menimbulkan permusuhan.”(Ghurar Al-Hikam: 726)
Keempat: Mengikuti Perkembangan Aib Orang Lain
Dosa keempat yang meruntuhkan penjagaan dan prisai manusia adalah mengikuti perkembangan aib orang lain.
Patut disebutkan di sini bahwa menyebutkan aib orang lain adalah dosa
yang berakibat sangat buruk bila dilakukan oleh pengumpat dan pencela yang
jiwanya sakit. Adapun bila dilakukan oleh orang yang jiwanya bersih dan
tidak pernah menyimpang dari aturan-aturan yang benar, bukan merupakan
dosa, bahkan itu wajib dilakukan oleh orang muslim terhadap saudara
muslimnya yang lain.
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) mengatakan:
“Barangsiapa yang melihatmu dan menjagamu tatkala
kamu tidak ada, maka dia adalah sahabatmu yang perlu kamu jaga. Dan
barangsiapa yang menutupi aibmu dan membukakan aibmu ketika kamu tidak
ada, maka dia adalah musuhmu yang perlu kamu bersikap hati-hati
kepadanya.”(Ghurar
Al-Hikam: 679)
Dalam hadis yang lain, beliau mengatakan:
“Kawanmu yang paling jelek adalah orang yang memuji dirimu berlebih-lebihan dan yang menutup aibmu.”(Ghurar Al-Hikam: 679)
“Barangsiapa yang menjelaskan kepadamu aib-aibmu
maka dialah orang yang perlu kamu cintai, dan barangsiapa yang menutupi
aibmu, maka dialah sebenarnya musuhmu.”(Ghurar Al-Hikam: 679)
Para Imam ma’shum (sa) memberanikan para sahabat mereka untuk
menunjukkan aib-aib mereka agar menjadi sunnah yang baik di kalangan
kaum Mukmin.
Imam Ja’far Al-Shadiq berkata:
“Aku sangat senang kepada kawan-kawanku yang menunjukkan kepadaku aib-aibku. (Safinah Al-Bihar, 2:295)
Sunnah yang baik ini sama sekali tidak mungkin
dijalankan kecuali dalam suasana keimanan yang dipenuhi rasa saling
percaya antara semua individu, yang jauh dari rasa dendam dan permusuhan
di antara mereka, serta dilandasi oleh ruh pendidikan yang
meng¬antarkan manusia menuju kepada kesempurnaan. Dengan demikian akan
hilanglah aib-aib yang ditunjukkan itu dari diri kita dan perilaku mulia
itu akan semakin bertambah dalam jiwa kita.
Adapun yang dimaksud menyebutkan aib orang lain sebagai dosa yang
menjatuhkan penjagaan adalah mengungkapan aib orang lain yang dasari
oleh kebencian, permusuhan, dan dendam kesumat yang berupaya
menjelekkan, menjatuhkan orang lain, dan menyebarkan aibnya di tengah masyarakat.
Tidak rahasia lagi, bahwa perilaku seperti itu adalah timbul karena
hilangnya salah satu hijab saling menghormati antara satu individu
dengan individu yang lain. Sehingga manusia lupa dengan aibnya sendiri
ketika dia sibuk membicarakan aib orang lain. Dan boleh jadi, perilaku
membukakan aib orang lain seperti itu juga timbul akibat hilangnya
perisai penghalang aib yang ada dalam masyarakat pada tingkat tertentu.
Allah swt berfirman:
“.. dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri…. (Al-Hujurat/49:11).
Rasulullah saw. bersabda:
“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, dan
hatinya belum ikhlas untuk beriman, janganlah kamu mencela kaum
Muslimin dan membukakan aurat mereka. Karena sesungguhnya orang yang
membukakan aurat mereka, maka Allah akan membukakan aibnya. Dan
barangsiapa yang dibuka auratnya oleh Allah swt maka dia akan sangat
terhina meskipun dia berada di rumahnya sendiri.” (Ushul All-Kafi 4: 57)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mengikuti rahasia aib orang lain,
maka Allah akan mengharamkan baginya rasa cinta di dalam hatinya.”
(Ghurar Al-Hikam: 683)
Imam Ali (sa) juga berkata:
“Berbahagialah orang-orang yang disibukkan oleh
aibnya sendiri dan tidak sempat melihat aib orang lain.” (Safinah
Al-Bihar 2: 295)
“Kebanyakan aib yang engkau limpahkan kepada orang
lain adalah sebenarnya aib yang ada pada dirimu sendiri.” (Ghurar
Al-Hikam: 194, 447)
“Orang yang paling jelek ialah orang yang mengikuti
aib orang lain tetapi dia tidak mengetahui aib dirinya sendiri.” (Ghurar
Al-Hikam: 194, 447)
Jika ada lidah seseorang yang mudah membukakan aib orang lain dalam
suatu masyarakat, maka dia akan menjadi sumber bagi runtuhnya
kepribadian dalam masyarakat tersebut serta menimbulkan keonaran di
dalamnya. Biasanya, orang-orang seperti itu akan ditakuti di dalam
masyarakat karena orang-orang takut terhadap sengatan lidahnya. Dan pada
gilirannya akan timbul hubungan dan keterkaitan yang kurang wajar
antara individu dalam masyarakat tersebut.
Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang paling buruk pada hari kiamat nanti
adalah orang-orang yang dihormati karena manusia takut akan sengatan
lidahnya.” (Ushul Al-Kafi, 4:19)
Dalam wasiatnya kepada Imam Ali (sa) Rasulullah saw bersabda:
“Wahai Ali, maukah kau kuberitahukan tentang orang yang paling jelek?
Aku berkata: ‘Ya, wahai Rasulullah.”‘ Rasulullah kemudian meneruskan:
“Orang yang tidak memaafkan kesalahan orang lain, tidak memaafkan
kekeliruan orang lain. Maukah kau kuberitahu tentang orang yang lebih
buruk daripada itu?” Aku menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Kemudian
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang tidak bisa dijamin keamanannya, dan
tidak bisa diharapkan kebaikannya.” (Tuhaf Al-’Uqul: 13)
Imam Ja`far Al-Shadiq (sa) berkata:
“Barang¬siapa yang ditakuti lidahnya oleh orang lain, maka dia akan masuk neraka. (Ushul Al-Kafi, 19)
Kelima: Bergaul dengan Orang yang Diragukan
Dosa kelima yang meruntuhkan penjagaan manusia adalah bergaul dengan orang yang diragukan.
Tidak diragukan lagi mengenai pengaruh pergaulan dengan orang-orang
yang rusak kepribadiannya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
masyarakatnya. Secara internal seseorang akan dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya, dan dia akan meniru idolanya. Seseorang akan
meniru lingkungannya yang rusak yang telah menghilangkan hijab rasa malu
dalam dirinya. Secara eksternal nilai seseorang yang bergaul dengan
orang-orang yang diragukan akan mencemari manusia yang lain, dan akan
menjatuhkan martabat masyarakatnya. Akibatnya, runtuhlah prisai-prisai
masyarakat dan putuslah ikatan-ikatan sosial yang sebenarnya dapat
memacu kegiatan manusia dan mencegah mereka dari kehancuran.
Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang pertama kali berhak dituduh adalah orang yang bergaul dengan orang yang menuduh.”(Al-Mustadrak 2: 65)
Imam Ja`far Al-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang bergaul dengan orang yang diragukan, maka dia perlu diragukan.” (Bihar Al-Anwar 74: 197)
Beliau juga berkata:
“Janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang yang
suka membuat bid`ah, janganlah bersahabat dengan mereka karena
orang-orang akan
menganggap kamu satu kelompok dengan mereka.” (Ushul Al-Kafi 4: 83)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Barangsiapa yang mendudukkan dirinya sebagai orang
yang menuduh, maka janganlah dia mencela orang yang berprasangka buruk
padanya.”(Bihar Al-Anwar 74: 186)
www.nurmadinah.com
0 komentar:
Posting Komentar