I. Konsep medis
A. Pankreatitis Akut
1. Pengertian
Pankreatitis akut merupakan keadaan inflamasi pankreas yang bersifat reversibel.
2. Etiologi
Faktor-faktor etiologik pada pankreatitis akut yaitu:
1) Alkoholisme
2) Hiperlipoproteinemia
3) Hiperkalsemia
4) Obat-obatan (misalnya, diuretik tiazid)
5) Genetik
b. Mekanis
1) Trauma
2) Batu empedu
3) Jejas iatrogenik
a) Jejas perioperatif
b) Prosedur endoskopik dengan penyuntikan zat warna
c. Vaskuler
1) Syok
2) Atheroembolisme
3) Poliarteritis nodosa
d. Infeksi
1) Parotitis (mumps)
2) Coxsackievirus
3) Mycoplsma pneumoniae
3. Manifestasi Klinik
Nyeri
abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis. Rasa sakit dan
nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi
akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut
sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tegangan
pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut
manimbulkan rasa sakit. Secara khas rasa sakit terjadi pada bagian
tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan
terjadi 24 hingga 48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman
keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan
lokasinya. Umumnya rasa sakit semakin parah setelah makan dan tidak
dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit dapat disertai
dengan distensi abdomen, adanya massa abdominal yang dapat diraba tetapi
batasnya tidak jelas, dan dengan penurunan peristaltis.
Perut
yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang
fatal. Namun demikian, abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi
peritonitis. Ekimosis (memar) di daerah pinggang dan di sekitar
umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik
yang berat.
Mual
dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya
berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu.
Gejala panas, ikterus, konfusi dan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi
yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta
syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya
protein karna cairan ini mengalir ke dalam jaringan dan rongga
peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardi, sianosis dan kulit yang
dingin serta basah disamping gejala hipotensi.
Gangguan
pernapsan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan
gejala infiltrasi paru yang difus, dispnu, takipnu dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal.
4. Patofisiologi
Pankreas
menyekresikan sejumlah enzim; amilase dan lipase disekresikan dalam
bentuk aktif sementara protease, elastase dan fosfolipase disekresikan
sebagai proenzim yang dalam keadaan normal harus diaktifkan oleh tripsin
di dalam duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan oleh
enteropeptidase duodenal. Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada
aktivitas tripsin yang tidak tepat di dalam pankreas; tripsin yang sudah
diaktifkan tersebut akan mengubah (i) berbagai proenzim menjadi aktif
(ii) prekalikrein menjadi kalikrein yang akan mengaktifkan sistem kinin
serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi pankreas dan trombosis.
Ciri-ciri pankreatitis meliputi proteolisis jaringan, lipolisis dan perdarahan, terjadi karna efek destruktif enzim-enzim pankreas yang dilepas dari sel-sel asiner.
Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal berikut ini:
a. Obstruksi duktus penkreatikus.
Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula Vateri; di sebelah proksimal
obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan menimbulkan jejas parenkim
pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan melepaskan sitokin
proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema.
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna virus (parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.
c. Defek transportasi-intraseluler proenzim.
Enzim-enzim eksokrin pankreas mengalami kesalahan arah dalam
perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan bukan menuju sekresi; hidrolisis
proenzim di dalam lisosom akan menyebabkan aktivitas dan pelepasan
enzim.
d. Alkohol
dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim
intraseluler yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang
mengental serta bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga
terjadi inflamasi dan obstruksi lokal.
e. Pankreatitis
herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan
sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh
mutasi germ line (garis-turunan sel tunas) pada:
1) Gen tripsinogen kationik (PRSS1),
menimbulkan kehilangan suatu tempat pada tripsin yang esensial untuk
inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang penting untuk
mengatur aktivitas enzim tripsin).
2) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pasien pankreatitis akut bersifat asimtomatik dan ditujukan untuk
mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan peroral harus
dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan
TPN (total parenteral nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction)
isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah,
mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik, serta untuk
mengeluarkan asam hidroklorida agar asam ini tidak kembali mengalir
kedalam duodenum serta menstimulasi pankreas. Preparat simetidin
(Tagamet) juga digunakan untuk menurunkan sekresi asam hidroklorida.
Penanganan Nyeri.
Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakan yang
esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karna akan
mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi
pankreas. Penggunaan morfin dan turunannya harus dihindari karna
preparat ini dapat menyebabkan spasme sfingter Oddi. Antiemetik dapat
diberikan untuk mencegah muntah.
Perawatan Intensif.
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang
rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan dan mencegah gagal
ginjal akut.
Perawatan Respiratorius.
Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karna resiko untuk
terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru, dan
atelektasis cenderung tinggi. Hipoksemia terjadi dengan frekuensi yang
bermakna pada penderita pankreatitis akut sekalipun pada pemeriksaan
sinar-X tidak tampak adanya kelainan. Perawatan respiratorius dapat
berkisar dari pemantauan gas darah arteri yang ketat, pemberian oksigen
hingga intubasi dan ventilasi mekanis.
Drainase Bilier. Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal) dan stent
(selang indwelling) dalam duktus pankreatikus melalui endoskoppi telah
dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk
kembali aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta
menaikkan berat badan.
Intervensi Bedah.
Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat mempunyai resiko
bedah yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa pankreatitis (laparatomi diagnostik), untuk
membentuk kembali drainase pankreas atau untuk melakukan reseksi atau
pengangkatan jaringan pankreas yang nekrotik. Pasien yang menjalani
operasi pankreas dapat memiliki lebih dari satu drain yang terpasang
pada tempat pascaoperatif dan luka insisi terbuka, yang dirigasi dan
diganti balutannya setiap 2 sampai 3 hari sekali untuk menghilangkan
debris nekrotik.
Penatalaksanaan Pasca-akut.
Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai
menghilang. Pemberian makanan yang rendah lemak dan protein dimulai
secara bertahap.
B. Pankreatitis Kronik
1. Pengertian
Pankreatitis kronik diartikan sebagai destruksi parenkim eksokrin pankreas yang ireversibel.
2. Etiologi
Keadaan
yang paling sering menyebabkan pankreatitis kronik adalah alkoholisme.
Penyebab lain adalah hiperkalsemia, hiperlipidemia, pankreas divisum,
pankreatitis herediter dan malnutrisidefisiensi-protein.
3. Manifestasi Klinik
Pankreatitis
kronik ditandai oleh serangan nyeri yang hebat di daerah abdomen dan
punggung, disertai muntah. Dengan semakin berlanjutnya penyakit,
serangan nyeri yang berulang-ulang tersebut terasa semakin hebat,
semakin sering dan lama. Sebagian pasien mengeluhkan nyeri hebat; yang
lain merasakan nyeri tumpul, konstan dan membandel.
Penurunan
berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik. Hal ini
disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan
takut bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorpsi terjadi
kemudian pada penyakit tersebut ketika fungsi pankreas mash tersisa 10%.
Akibatnya, proses pencernaan bahan makanan, khususnya protein dan lemak
akan terganggu. Defekasi akan terjadi lebih sering dan feses menjadi
berbuih serta berbau busuk akibat gangguan pencernaan lemak yang
menyebabkan feses tersebut banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatore.
Dengan semakin berlanjutnya proses penyakit, kalsifikasi pada kelenjar
pankreas dan terbentuknya batu kalsium di dalam saluran kelenjar dapat
terjadi.
4. Patofisiologi
Pankreas
mengalami kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif. Dengan
digantikannya sel-sel pankreas (sel-sel asiner pankreas) yang normal
oleh jaringan ikat akibat serangan pankreatitis berulang-ulang dan efek
toksik dari alkohol dan metabolitnya, maka tekanan dalam pankreas akan
meningkat. Hasil akhirnya adalah obstruksi mekanis duktus pankreatikus,
koledokus dan duodenum. Di samping itu akan terjadi pula atrofi epitel
duktus tersebut, inflamasi dan destruksi sel-sel pankreas yang
melaksanakan fungsi sekresi (destruksi parenkim endokrin pankreas).
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pankreatitis kronik bergantung pada kelainan yang mungkin menjadi
penyebab pada setiap pasien. Terapi ditujukan untuk mencegah serta
menangani serangan akut, mengurangi rasa nyeri sera gangguan rasa
nyaman, dan menangani insufisiensi eksokrin serta endokrin yang terdapat
pada pankreatitis.
Nyeri dan gangguan rasa nyaman pada badomen
diatasi dan dicegah dengan penggunaan metode nonopioid untuk mengatasi
nyeri. Selaian itu, pasien dan keluarganya juga ditekankan tentang
pentingnya menghindari alkohol serta makanan lain yang oleh pasien
sendiri dirasakan cenderung menimbulkan nyeri dan gangguan rasa nyaman
pada abdomen. Kenyataannya, tidak ada bentuk terapi lain yang dapat
meredakan rasa nyeri tersebut jika pasien sendiri terus menerus
mengkonsumsi alkohol dan hal ini harus ditegaskan pada pasien.
Diabetes melitus
yang terjadi akibat disfungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas dapat
diatasi dengan diet, pemberian insulin atau obat-obatan hipoglikemia
oral. Bahaya hipoglikemia yang berat akibat penggunaan alkohol harus
ditekankan pada pasien dan anggota keluarganya. Terapi pengganti enzim
pankreas diperlukan bagi pasien yang menderita malabsorpsi dan steatore.
Pembedahan
umumnya dilakukan untuk mengurangi nyeri abdomen serta gangguan rasa
nyaman, memulihkan drainase sekresi pankreas dan mengurangi frekuensi
serangan pankreatitis akut. Tindakan bedah yang akan dilakukan
tergantung pada kelainan anatomis dan fungsional pankreas yang mencakup
lokasi penyakit di dalam pankreas, keberadaan penyakit diabetes,
insufisiensi eksokrin, stenosis bilier dan pseudokista pankreas.
Pankreatikojejunostomi
dengan anastomosis side-to-side atau penyambungan duktus pankreatikus
dengan jejunum memungkinkan drainase sekresi pankreas kedalam jejunum.
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Riwayat
kesehatan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya
gangguan rasa nyaman yang dialami pasien. Munculnya rasa nyeri, lokasi
dan hubungannya dengan makan dan konsumsi alkohol serta hasl berbagai
upaya yang dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu dicatat.
Status cairan serta nutrisi pasien dan riwayat serangan batu empedu
serta konsumsi alkohol harus dikaji. Riwayat masalah gastrointestinal,
yang mencakup mual, muntah, diare dan pengeluaran feses yang berlemak
harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen harus dilakukan untuk mengkaji
rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan bising usus. Adanya
abdomen yang kaku seperti papan atau yang lunak harus dicatat. Status
pernapasan, frekuensi dan corak pernapasan serta suara pernapasan harus
dikaji. Suara napas yang normal, suara tambahan, dan hasil-hasil perkusi
dada yang abnormal, termasuk suara pekak pada basis paru dan taktil
fremitus yang abnormal juga harus didokumentasikan.
Status
emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta upaya
mereka untuk mengatasinya harus dikaji karna mereka sering merasa takut
dan cemas mengingat beratnya gejala pasien serta sakit yang dideritanya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis adalah:
1. Nyeri
berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia
pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh
pankreas.
Ditandai dengan: keluhan nyeri, focus pada diri sendiri, wajah meringis, perilaku distraksi/tegang.
2. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan
berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses
pembekuan, perdarahan.
Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan
dan insulin.
Ditandai
dengan: keluhan pemasukan makanan tidak adekuat, enggan makan, keluhan
gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan.
4. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada
sekresi. Defisiensi nutrisi.
Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia
pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh
pankreas.
Tujuan:
a. Mengatakan nyeri hilang/terkontrol.
b. Mengikuti program terapeutik.
c. Menunjukkan penggunaan metode yang menghilangkan nyeri.
Intervensi
a. Selidiki
keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10).
Catat faktor-faktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri.
R/
nyeri sering menyebar, berat dan tidak berhubungan pada pankreatitis
akut atau perdarahan. Nyeri berat sering merupakan gejala utama pada
pasien pankreatitis kronik. Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas
menunjukkan keterlibatan kepala pankreas. Nyeri pada kuadran kiri atas
diduga keterlibatan ekor pankreas. Nyeri terlokalisir menunjukkan
terjadinya pseudokista atau abses.
b. Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.
R/ menurunkan laju metabolik dan rangsangan/sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas pankreas.
c. Ajarkan teknik relaksasi.
R/ meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian; dapat meningkatkan koping.
d. Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau.
R/ rangsangan sensoridapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri.
e. Berikan analgesik pada waktu yang tepat (lebih kecil, dosis lebih sering).
R/
nyeri berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang,
memerlukan dosis obat lebih besar, yang dapat mendasari
masalah/komplikasi dan dapat memperberat depresi pernapasan.
f. Pertahankan perawatan kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula dinding abdomen.
R/ enzimpankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka bakar kimiawi.
2. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan
berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses
pembekuan, perdarahan.
Tujuan:
mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan
secara individu mengeluarkan jumlah urin adekuat.
Intervensi
a. Awasi TD.
R/
perpindahan cairan, perdarahan, dan menghilangkan vasodilator (kinin)
dan factor depresan jantung yang dipicu oleh iskemia pankreas dapat
menyebabkan hipertensi berat. Penurunan curah jantung/perfusi organ
buruk sekunder terhadap episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya
komplikasi sistemik.
b. Ukur masukan dan haluaran termasuk muntah/aspirasi gaster,diare. Hitung keseimbangan cairan 24 jam.
R/ indikator kebutuhan penggantian/keefektifan terapi.
c. Catat warna dan karakter drainase gaster juga pH dan adanya darah.
R/ resiko perdarahan gaster tinggi.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/
penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia; namun edema, retensi
cairan dan asites mungkin ditunjukkan oleh peningkatan atau berat badan
stabil.
e. Catat turgor kulit, kulit/membrane mukosa kering, keluhan haus.
R/ indikator fisiologis lanjut dari dehidrasi.
f. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Awasi/catat perubahan irama.
R/
perubahan jantung/distritmia dapat menunjukkan hipovolemia dan/atau
ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/hipokalsemia.
Kolaborasi
g. Berikan penggantian cairan sesuai indikasi.
R/ pilihan cairan pengganti kurang penting pada kecepatan dan keadekuatan perbaikan volume.
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan
dan insulin.
Tujuan:
a. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan bilai laboratorium normal.
b. Tidak mengalami malnutrisi.
c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan da/atau mempertahankan beratbdan normal.
Intervensi
a. Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual.
R/ disetensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tidak adanya bising usus.
b. Berikan perawatan oral.
R/
menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi membran mukosa
kering sehubungan dengan dehidrasi dan bernapas dengan mulut bila NG
dipasang.
c. Observasi warna/konsistensi/jumlah feses dan bau.
R/ steatore terjadi karna pencernaan lemak tidak sempurna.
d. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman visual.
R/
mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karna peningkatan pengeluaran
glukagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin
(kerusakan sel beta).
Kolaborasi
e. Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut.
R/ mencegah ransangan dan pengeluaran enzim pankreas bila kimus dan asam HCL masuk ke duodenum.
4. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada
sekresi. Defisiensi nutrisi.
Tujuan:
a. Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi.
b. Tidak demam.
c. Berpartisipasi pada aktivitas untuk menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Gunakan tehnik aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja dengan infus kateter/selang. Ganti balutan dengan cepat.
R/ membatasi sumber infeksi, dimana dapat menimbulkan sepsis pada pasien.
b. Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.
R/ menurunkan resiko kontaminasi silang.
c. Observasi frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat adanya batuk dan produksi sputum
R/
akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan infeksi
pernapasan dan atelektasis. Akumulasi cairan asites dapat menyebabkan
peningkatan diafragma dan pernapasan abdomen dangkal.
d. Dorong posisi sering, napas dalam dan batuk.
R/ meningkatkan ventilasi segmen paru dan meningkatkan mobilitas sekresi.
e. Observasi adanya demam dan distress pernapasan berhubungan dengan ikterik.
R/ ikterik kolestatik dan penurunan fungsi paru mungkin tanda pertama sepsis dari organisme gram negatif.
f. Kaji adanya peningkatan nyeri abdomen, kekakuan nyeri tekan, penurunan/tidak adanya bising usus.
R/ diduga peritonitis.
D. Implementasi
Implementasi
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
E. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi dengan kriteria klien mengatakan nyeri hilang/terkontrol dan mengikuti program terapeutik.
2. Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria
klien mampu mempertahankan hidrasi adekuat dengan tanda vital dalam
batas normal, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer
kuat, dan secara individu mengeluarkan jumlah urin adekuat.
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria
klien mampu menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan
bilai laboratorium normal dan tidak mengalami malnutrisi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi dengan kriteria klien bebas tanda infeksi.
0 komentar:
Posting Komentar