Islam
lahir di Jazirah Arab. Islam berkembang sampai ke Indonesia dibawa oleh
pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat, sekitar abad ke-7 hingga abad
ke-8. Islam diterima dengan baik dan berkembang dengan pesat di
Indonesia. Faktor pendorong Islam cepat berkembang di Indonesia :
1. Syarat masuk Islam mudah
2. Islam bersifat terbuka
3. Tidak mengenal sistem kasta
4. Disebarkan secara damai
5. upacara sedehana dan biaya murah
6. Runtuhnya kerajaan majapahit
Di
pulau Jawa, ada sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal
sebagai Wali Sanga (wali sembilan). Peranan Wali Sanga antara lain:
1. Sebagai penyebar agama Islam
2. Pendukung berdirinya kerajaan Islam
3. Penasehat Raja
4. pendukung berkembangnya kebudayaan daerah yang disesuaikan dengan Islam.
Sumber sejarah mengenai masuknya Islam dan berkembangnya Islam di Indonesia antara lain:
1. Abad VII M
Kronik dinasti Tang : dipantai Sumatera Utara ada pemukiman pedagang Arab Islam
2. Abad XI M
Makam Fatimah Binti Maimun di Leran Gresik Jawa Timur
3. Abad XIII M
- Makam Sultan Malik As Shaleh
- Catatan Marcopolo
3. Abad XIV M
- Makam Muslim di Troloyo dan Trowulan
4. Abad XV
Catatan Ma-Huan
5. Abad XVI
Suma Oriental dari Tome Pires
Beberapa kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia adalah:
a. Kerajaan Perlak
Perlak
adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah
kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri
pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan
Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan
Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang
pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H
/ 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1
Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah
pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan
ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin
Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).
keberadaan Kerajaan Perlak didukung oleh adanya / ditemukannya sumber-sumber dan bukti-bukti sejarah (A. Hasjmy, 1989).
1) Naskah-naskah Tua Berbahasa Melayu
Naskah-naskah tua yang dijadikan sebagai rujukan mengenai keberadaan Kerajaan Perlak paling tidak ada tiga yakni :
- Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, karangan buku Abu Ishak Makarani Al Fasy.
- Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
- Silsilah Raja-raja perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
- Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
- Silsilah Raja-raja perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Ketiga
naskah tua tersebut mencatat bahwa kerajaan islam pertama Nusantara
adalah Kerajaan Islam Perlak. Hanya di sana-sini terdapat perbedaan
tahun dan tempat, karena mungkin terjadi karena kekurangan telitian para
penyalinnya. Misalnya mengenai tahun berdirinya kerajaan perlak, Kitab
Idharul Haq fi Mamlakatil Perlab val fasi menyebut tahun 225 sementara
Tazkirah ThabakatSulthan As Salathin menyebut tahun 227. secara tegas
Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil. Ferlah wal Fasi menyebutkan bahwa
kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muhharam 225 H (840M) dengan
rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz
Syah, yang semula bernama Syaid Abdul Aziz.
2) Bukti-bukti Peninggalan Sejarah
Bukti-bukti
peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendukung
dan membukti mengenai keberadaan Kerajaan perlak ada tiga yakni ; mata
uang perlak, stempel kerajaan dan makam raja-raja Benoa.
# Mata Uang Perlak
Mata
uang Perlak ini diyakini merupakan mata uang tertua yang diketemukan di
Nusantara. Ada tiga jenis mata uang yang ditemukan, yakni yang pertama
terbuat dari emas (dirham) yang kedua dari Perak (kupang) sedang yang
ketiga dari tembaga atau kuningan.
#Mata uang dari emas (dirham)
Pada
sebuah sisi uang tersebut tertulis ”al A’la” sedang pada sisi yang lain
tertulis ”Sulthan”. Dimungkinkan yang dimaksud dalam tulisan dari kedua
sisi mata uang itu adalah Putri Nurul A’la yang menjadi Perdana Menteri
pada masa Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat yang
memerintah Perlak tahun 501-527 H (1108 – 1134 M).
Mata uang perak (kupang)
Pada
satu sisi mata uang Perak ini tertulis ”Dhuribat Mursyidam”, dan pada
sisi yang tertuliskan ”Syah Alam Barinsyah”. Kemungkinan yang dimaksud
dalam tulisan kedua sisi mata uang itu adalah Puteri Mahkota Sultan
Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Jouhan Berdaulat, yang memerintah tahun
592 – 622 H (199 – 1225 M). Puteri mahkota ini memerintah Perlak karena
ayahnya sakit. Ia memerintah dibantu adiknya yang bernama Abdul Aziz
Syah.
Mata uang tembaga (kuningan)
Bertuliskan
huruf Arab tetapi belum dapat dibaca. Adanya mata uang yang ditemukan
ini menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan sebuah kerajaan yang
telah maju.
Stempel kerajaan
Stempel
kerajaan ini bertuliskan huruf Arab, model tulisan tenggelam yang
membentuk kalimat ”Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”.
Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerajaan Perlak.
Makam Raja Benoa
Bukti
lain yang memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak adalah makam dari salah
raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makan tersebut
bertuliskan huruf Arab. Berdasarkan penelitian Dr. Hassan Ambari, nisan
makam tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 H atau abad ke-11 M.
Berdasarkan catatan Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, benoa
adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan
ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja
pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah
utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).
Sebagai
sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai.
Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). .
c. Kerajaan Aceh
Kerajaan
Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang
didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah
(1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai
dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat
pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di
bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas
dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Aceh
mencapai jaman keemasan di bawah pemerintah Sultan Iskandar Muda yang
memerintah tahun 1607-1936. ia adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam
yang taat. Wilayah di Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, pahang
berhasil dikuasai. Demikian juga daerah Perlak, Pulau Bintan dan Nias.
Iskandar
muda bersikap anti penjajah. Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis
dari Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda beberapa kali menyerang
Portugis di Malaka. Contoh, tahun 1629, ia melakukan serangan
besar-besaran ke Malaka. Namun karena persenjataan yang tidak seimbang
belum berhasil. Portugis pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh,
namun selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.
Pada
masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu Undang-undang tentang tata
Pemerintah. Undang-undang itu disebut Adat Mahkota Alam.
Tahun
1636 Sultan Iskandar Muda Wafat kemudian digantikan Sultan Iskandar
thani. Sultan Iskandar Thani memerintah sampai tahun 1641. raja-raja
yang berkuasa selanjutnya lemah. Sementara tahun 1641 Belanda sudah
berhasil menguasai Malaka. Lama kelamaan Belanda pun berhasil memasukkan
pengaruhnya ke Aceh.
Peninggalan
sejarah dari kerajaan Aceh antara lain berupa koin emas, stempel
kerajaan, makam Sultan Iskandar Muda, Rencong, juga beberapa karya
sastra. Dalam bidang kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan
beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama
dalam bidang masing-masing, seperti Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan
Fi Ma'rifati al-U Adyan, Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj
al-Muhakikin al-Iman, Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat
al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj
al-Tulabb Fi Fashil.
d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Demak
adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan
oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama
Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit
mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi
peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat
perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang
menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur
Nusantara.
Sebagai
kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak
didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar
al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja
Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah
kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan
sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera,
serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik.
Raden
Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi
negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba
menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu
Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis
di Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Dalam
bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan dari
kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu
tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko
Tatal. Masjid Demak dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi
depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar
perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai sekarang masih
berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.
Masjid Agung Demak |
Untuk menambah pemahaman Anda tentang Masjid Demak tersebut, silahkan Anda amati gambar 10 berikut ini!
Dilihat
dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar
10 tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia
Hindu dengan kebudayaan Islam.
e. Kerajaan Mataram
Sutawijaya
yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian
memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng
Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram
dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Pemerintahan
Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena
diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di
Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi
perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari
kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan
bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang
terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.
f. Kerajaan Banten
Kerajaan
yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian
dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan
Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif
Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh
Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki
2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran
Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin
yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja
Banten.
g. Kerajaan Cirebon
Kerajaan
yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan
oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar
Syarif Hidayatullah.
Syarif
Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan
pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di
Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan
pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah.
Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Pangeran Pasarean.
h. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa
dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng
Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng
Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat
pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering
disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Karena
posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara,
Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia
Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut
yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat
barisan pertahanan laut Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).
i. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate
merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan
raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan
Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan
Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan
yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena
Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat
hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Jika kalian sudah memahami materi di atas, tentu kalian dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Kerajaan Islam tertua di Pulau Jawa adalah Kerajaan ... .
2. Kerajaan Demak didirikan oleh ... .
3. Pahatan yang terdapat pada dinding candi disebut ... .
4. Kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah kerajaan ... .
5. Perayaan Sekaten dilakukan pada saat peringatan ... .
6. Islam masuk ke indonesia dengan perantaraan ....
7. Tokoh penyebar agama Islam di pulau Jawa dikenal dengan selatan ....
8. Tiga peranan wali songo adalah ....
9. Tiga faktor penyebab Islam cepat berkembang di Indonesia adalah ....
10. Salah satu peninggalan kerajaan Demak antara lain adalah ....
Referensi
http://id.wikipedia.org
http://kulimijit.blogspot.com
http://jeparaku.multiply.com
http://118.96.151.46
Ilmu Pengetahuan Sosial 5 Untuk Sekola h D a s a r & Madrasah Ibtidaiyah Kelas 5 Penyusun Rusmawan dan Sri Wahyuni
0 komentar:
Posting Komentar